1.1. Latar Belakang
Hidup di dunia ini memang tidak ada yang mulus/sempurna, harus di sadari, hidup adalah sengsara. Mengapa sengsara? ya karena sengsara ini adalah bagian dari keyakinan (sraddha) Hindu yaitu samsara. Tirai suka duka dalam hidup senantiasa datang silih berganti mewarnai dan menghiasi hidup manusia. Seperti dikatakan Prof. I Made Titib, jalan hidup manusia bisa diumpakan seperti pemain sky air/peselancar air, dimana dalam permainannya selalu berurusan dengan gelombang air itu sendiri. Pada saat situasi kurang baik pemain sky air dihantam dan diterjang gelombang, disisi lain kalau kondisi baik dia akan menikmati permainan itu.
Akan tetapi walaupun demikian pemain sky air tidak pernah menyerah, prustasi ataupun bersedih tatkala dihantam gelombang, tenggelam. Karena ia menyadari hakekat permainan sky air, begitu muncul dan tersenyum lagi. Demikian seharusnya kita menjalani hidup di dunia ini, setiap suka dan duka kita umpamakan proses pendewasaan diri untuk menuai kebahagian itu. Tidak ada orang sukses tanpa perjuangan. Kualitas personal manusia sendirilah yang menentukan kemampuannya dalam berjuang menghadapi suka duka dalam hidup, apabila perjuangannya berhasil ia adalah manusia digjaya.
Hidup adalah suatu perjuangan, perjuangan untuk mencapai kehidupan yang bahagia baik jasmani maupun rohani ataupun kebahagiaan material dan spiritual. Dalam usahanya untuk mencapai kebahagiaan itu tidaklah dapat berjalan mulus seperti yang diharapkan, bahkan banyak mengalami hambatan ataupun kegagalan. Hal ini ditentukan oleh banyak faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam dirinya sendiri (internal), misalnya rasa ragu dan canggung sikap yang kurang percaya diri sendiri dan sebagainya, begitu pula kegagalan itu dapat disebabkan oleh faktor dari luar dirinya (eksternal), misalnya faktor lingkungan dan budaya lain berkembang yang tidak bisa diadopsi dan diadaftasi, sehingga menyebabkan manusia lambat, dan tergilas untuk melangkah. Disamping lingkungan yang tidak didukung dalam praktek kegiatan keagamaan, atau rasa individualismenya sangat menonjol, baik antara sesama manusia maupun antara manusia dengan segala isi alam semesta lainnya, inilah salah satu penyakit di zaman global ini.
Sebagaimana diungkap di atas salah satu dari sekian banyak penghambat kemajuan hidup manusia dalam mewujudkan jagadhita di era sekarang adalah sikap kurang percaya diri atau lebih keren disebut kurang PD. Sikap kurang percaya diri atau tidak PD bagi umat Hindu disebabkan, karena kurangnya dipahami, dihayati serta diamalkannya pengetahuan tentang ajaran agama terutama yang menyangkut tentang Catur Marga Yoga secara mantap dan benar.
Berbagai akibat ditimbulkan oleh kurangnya kepercayaan diri tersebut, seperti tidak berani berkompetisi, menjadi minder, menutup diri, akan muncul sifat egoisme, sifat individual, dan lain sebagainya, hal ini paling sering kita lihat dari kalangan generasi muda baik itu siswa maupun mahasiswa Hindu dan tokoh- tokoh masyarakat yang jarang mau menampilkan diri dalam situasi umum, apakah ini salah satu cerminan budaya koh ngomong orang bali?? Bisa ya bisa juga tidak karena itulah kenyataanya, bagaimana umat Hindu bisa maju, tatkala masih sibuk dengan sikap individualismenya masing-masing. Akan tetapi ada sebuah solusi jalan atau cara untuk mengurangi ketidak percayaan diri tersebut adalah melalui pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang ajaran Catur Marga pada khususnya dan ajaran agama secara konperhensif secara mantap dan benar.
2.2 Catur Marga Sebagai Pembentuk Sikap Percaya Diri
Berdasarkan konsepnya percaya diri adalah keyakinan oknum atau pribadi beserta sikap yang dimilikinya, bukan tergantung pada orang lain. Ini berarti bahwa seseorang itu telah memiliki kekhasannya sendiri yang hanya dimiliki sendiri yang sama sekali lain dari orang lain, Percaya diri berarti yakin mampu berbuat sesuatu yang terbaik untuk mencapai cita-cita. Sikap percaya diri adalah kecendrungan bertindak dengan keyakinan bulat akan berhasil dan meyakinkan tindakan itu dilaksanakan. Bertindak dengan keyakinan bulat bahwa apa yang dikerjakan yakin akan berhasil adalah suatu pertanda seseorang mempunyai rasa optimisme yang tinggi. Ini adalah suatu ciri dari seseorang yang percaya pada dirinya sendiri.
Ciri seseorang pada sikap PD ini adalah sikap bathinnya kembali mengarah ke dalam (individu) mulai percaya pada dirinya sendiri. Maksudnya, jiwanya adalah tidak mudah terpengaruh namun pengaruh itu tidak akan diterimanya begitu saja, melainkan dipilih seleksi, manakah kiranya dapat meningkatkan kemampuannya sebagai invidivu maupun sebagai anggota masyarakat. Itulah yang diterimanya dan pengaruh itu adalah tanggung jawabnya sendiri Berdasarkan pendapat tersebut bahwa ciri-ciri sikap percaya diri adalah yakin, merasa mampu dan optimis akan berhasilnya sesuatu yang dikerjakan, serta sulit menerima pengaruh dari orang lain.
Tentang bagaimana seharusnya pengembangan kepercayaan diri dalam ajaran Hindu itu sendiri. Ajaran kepercayaan diri tersebut di dalam Weda disebutkan:
Abhayam mitrad abhayam amitrad
Abhayam jnatad abhayam puro yah
Abhayam naktam abhayam diwa nah
Sarwa asa mama mitram bhawantu (Atarwa Weda XIX.15.6)
Terjemahannya:
Semoga kami tidak takut pada kawan dan lawan, lebih dari itu semoga kami tidak takut pada yang dikenal dan yang tidak dikenal. Pada waktu yang sama, semoga kami tidak takut dimalam hari dan di siang hari. Semoga semua arah bersahabat kepada kami.
Selanjutnya di dalam Yayur Weda juga dikatakan:
Ma bher ma samwikithah urjam dhatswa (Yayur Weda VI. 35)
Terjemahannya:
Wahai umat manusia, janganlah takut ataupun gentar, beranilah.
Berdasarkan uraian mantra di atas memberikan sebuah pemahaman kepada umat manusia untuk dapat membangun kepercayaan diri didalam hidupnya, tidak takut kepada kawan mapun lawan maksudnya kepada orang banyak, baik yang dikenal mapun tidak dikenal, sehingga semua keinginan dapat terpenuhi, dan mempunyai harapan semoga senantiasa dapat mengembangkan jiwa kemitraan dan keramah tamahan kepada siapapun dalam hidup ini. Demikian juga dalam kitab Yayur Weda memberikan sebuah penegasan kepada seluruh umat manusia untuk tidak takut dan gentar dalam melangkah dalam mengarungi hidup ini, untuk menggapai cita-cita. Tuhan Yang Maha Esa hanya menyayangi orang-orang yang suka bekerja keras dan berani serta tegar menjalani kehidupan ini.
Demikian halnya dalam kitab Slokantara, sloka 10 di sebutkan bahwa:
Suwarma puspam prthivim bhujanti catwaro narah
Upayajnacca curacca krtavidyah priyamvadah
Terjemahannya:
Bahwa orang yang menikmati kebahagiaan hidup adalah orang yang tau tujuan hidup, orang yang berani atau percaya diri (cura), orang yang bijaksana,(krtawidya) dan orang yang pandai (upayajna).
Untaian sloka Slokantara juga memberikan gambaran bahwa salah satu orang yang dikatakan menikmati hidup di dunia ini adalah orang yang berani (cura/atau memiliki kepercayaan diri). Dengan memiliki kepercayaan diri seseorang akan dapat mencapai apa yang dicita-citakannya. Setelah mencapai tujuan seseorang akan menikmati kebahagiaan (ananda). Demikian pentingnya memilki kepercayaan diri dalam hidup ini.
2.2.2 Membangun Kepercayaan diri dengan Catur Marga
Ajaran catur marga dalam pelaksanaannya pada kehidupan sehari-hari, selalu disesuaikan dengan kepribadian, watak, kesanggupan dan bakat manusia masing-masing, berarti masing-masing orang memiliki kebebasan dalam menempuh jalan hidupnya, kebebasan disini maksud kebebasan untuk memilih jalan yang ada namun tetap mentaati aturan-aturan yang ada. Atas dasar kebebasan untuk melaksanakan ajaran catur marga ini sikap percaya diri umat Hindu dapat dibentuk.
Diantara semua makluk hidup hanya dilahirkan sebagai manusia saja yang dapat berbuat baik dan buruk, kemampuan melebur perbuatan buruk kedalam perbuatan baik demikianlah pahalanya menjadi manusia. Pikiran dalam hal ini sangat penting, karena pikiran bisa membedakan baik dan buruk, karena pikiran manusia bisa melakukan pembaharuan sehingga bisa memiliki budaya, sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Jadi kebebasan untuk menggunakan pikiran untuk menciptakan, dan menggunakan sarana dalam menghubungkan diri kepada Tuhan akan bisa sendiri (jnana marga), agama Hindu mengajarkan agar setiap orang bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing, jangan iri hati kepada orang lain ini berarti dituntut dalam bekerja (karma marga) untuk tidak selalu menggantungkan diri kepada orang lain agar dapat hidup mandiri dan dengan hidup mandiri maka sikap percaya pada diri sendiri dapat terbentuk, demikian halnya manusia sungguh-sungguh melakukan aktifitas apapun sebagai bentuk bhakti (bhakti marga), dengan dasar tidak terikat dan dapat mengendalikan diri (raja marga).
Tetapi banyak hambatan pikiran yang muncul setelah mencoba melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk kerja. Perasaan kecewa, marah, putus asa dan sia-sia selalu menghantui pikiran. Setelah melihat dunia ini maka perlu disadari apa sebenarnya dunia ini dan bagaimana bersikap, agar bisa tetap maju tetapi tidak mengalami keragu-raguan maupun kekecewaan. Dalam kitab Bhagawadgita Sri Krisna bersabda tidak dapat lagi diragukan Oh Arjuna, pikiran itu berubah-ubah, sukar ditaklukkan, tetapi dia dikendalikan wahai Arjuna dengan membiasakan diri (abhayasa) dan meniadakan keinginan (Wairagya) dapat dicapai.
Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran Catur Marga dengan memberikan kebebasan pada setiap manusia untuk melaksanakannya atau disesuaikan dengan kepribadian, bakat, minat, watak, kesanggupan diri seseorang akan dapat membentuk sikap percaya diri umat Hindu.
2.2.3 Peranan Catur Marga Dalam Membentuk Sikap Percaya Diri
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan percaya diri adalah keyakinan oknum atau pribadi beserta sikap yang dimilikinya bukan tergantung pada diri orang lain. Percaya diri adalah suatu keyakinan bulat akan berhasilnya atau tindakan itu dilaksanakan atau mampu berbuat sesuatu, disertai pengertian yang mendalam akan situasi yang dihadapi tanpa tergantung pada diri orang lain.
Sikap percaya diri sangat menentukan dalam mencapai tujuan, cita-cita, harapan dan segala aktivitas yang kita lakukan, misalnya kegagalan seseorang mahasiswa dalam menghadapi test ulangan atau test ujian semesteran, bukan karena dirinya bodoh, kurang mempersiapkan diri atau IQ-nya rendah, tetapi hal itu bisa terjadi karena masih kurang percaya pada dirinya, akhirnya ia gagal. Apabila seseorang telah mampu mendidik membina dirinya sendiri berarti tanda keberhasilan dan kedewasaan seseorang. Tujuan utama pendidikan memang untuk melahirkan kemampuan pada seseorang untuk mampu mendidik dirinya sendiri.
Sebelum belajar setiap orang harus mempunyai keyakinan dapat mengikuti palajaran baik di sekolah maupun dalam membaca-baca buku karena semuanya telah dipersiapkan dengan baik. Sikap percaya diri sendiri, itu akan memperkuat konsentrasi belajar. Pada waktu menghadapi suatu ujian, test seseorang yang telah membekali diri, belajar dengan teratur harus dihadapi dengan kepercayaan pasti sukses. Keyakinan tersebut akan menghilangkan keragu-raguan dan sifat gugup. Sikap percaya pada diri sendiri dapat dipupuk dengan jalan tekun belajar, tidak ada mata pelajaran yang tidak dapat dipahami. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri adalah kecendrungan bertindak dari seseorang dengan keyakinan bulat untuk mampu berbuat sesuatu, disertai dengan pengertian mandalam akan situasi yang dihadapi, tanpa tergantung pada diri orang lain.
Bila dihubungkan dengan konsepsi ajaran catur marga yoga, dapat diuraikan, mulai dari ajaran bhakti marga yaitu jalan, untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan) dengan mengutamakan penyerahan diri dan pencurahan rasa yang tulus untuk mencapai jagadhita dan moksa.
Disamping itu juga ajaran bhakti marga dapat pula memberikan tuntunan kepada manusia dalam membentuk sikap percaya diri terutama yang menyangkut sikap percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ajaran ini memberikan keyakinan kuat kepada diri sendiri karena Tuhan akan selalu memberikan jalan terbaik selama dalam koridor Dharma. Seorang yang bhakti tidak memiliki sikap goyah terhadap apapun, karena bhakti dalam diri membuatnya bangkit untuk berbuat maksimal. Ajaran bhakti marga di samping merupakan jalan secara vertikal adalah sarana menghubungkan diri kepada Tuhan untuk mencapai moksa, juga secara horizontal dapat membentuk kepribadian umat manusia yang positif dengan sesama, misal sikap percaya diri, sikap tidak sombong, takabur dan sikap tidak angkuh.
Selanjutnya dengan ilmu pengetahuan atau melalui ajaran jnana marga seseorang dapat mengusir kegelapan pada dirinya. Dengan pengetahuan pula segala hakekat hidup dan kehidupan dapat dimengerti dengan baik. Atas dasar ilmu pengetahuan manusia memiliki pandangan yang luas, yang dapat dipergunakan sebagai obor penerangan didalam hidupnya. Jadi dengan ajaran jnana marga manusia bisa mengembangkan sikap kepribadiannya kearah yang positif yaitu sikap percaya terhadap dirinya sendiri dan sikap percaya pada orang lain. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh dua hal yaitu faktor pembawaan yang merupakan karakter atau guna seseorang yang dibawa sejak lahir dan faktor lingkungan termasuk pendidikan, budaya dan pengalaman yang dialami sesudah lahir.
Melalui pikiran menjadi sebuah motivasi dari kerja menentukan hasil suka dan duka dalam karma. Sebab berpikir saja sudah melahirkan karsa, lebih-lebih kalau buah pikirannya itu dituangkan dalam bentuk ucapan atau perbuatan maka sempurnalah karma itu atau sempurnalah karma yang dibuatnya.
Supaya hidup kita yang singkat ini tidak sia-sia dan banyak waktu tidak dapat dimanfaatkan, maka bekerjalah dengan giat, sebab berbuat lebih baik daripada tidak berbuat apa-apa. Jangan takut keliru atau salah, asal jangan sengaja berbuat kesalahan. Kekeliruan dan kesalahan akan memberikan hikmah, kesalahan adalah guru bagi kita, kalau orang tidak berani mencoba karena takut salah, tidak bedanya seperti anak kecil yang takut mencoba untuk berjalan karena khawatir akan jatuh akibatnya selamanya dia tidak akan bisa berjalan. Sebab itu jangan takut coba terus, biar jatuh pada akhirnya si anak akab berlari sendiri. Kesalahan dan kegagalan merupakan cemeti bagi orang yang optimis untuk maju. Karma baik yang disertai dengan keikhlasan berkorban untuk orang lain ataupun Tuhan disebut yadnya, dalam yadnya terkandung suatu pengertian kesengajaan berkorban untuk kebaikan orang lain, dengan pengorbanan kepentingan dan kesenangan pribadi demi mengenangkan orang lain.
Membiasakan diri hidup sederhana, maka kepuasan dan kebahagiaan itu akan mudah diperolehnya. Demikianlah kalau orang biasa tidur beralaskan tikar, sekali mendapatkan kebahagiaan dan besoknya kalau dia kembali tidur di atas tikar lagi dia tidak akan menderita karena sudah biasa. Sebaliknya orang yang biasa hidup mewah dan tidur di atas kasur yang empuk untuk mendapatkan kepuasannya dia harus membayar lebih banyak lagi untuk menghias tempat tidurnya, tetapi jika pada suatu saat terjadi perang dan dia terpaksa harus mengungsi ke hutan atau ke desa, dimana dia tidak mendapatkan kasur yang empuk, dia akan menderita dan tidak bisa tidur semalam suntuk.
Ajaran raja marga adalah merupakan suatu jalan, cara atau usaha untuk mencapai kebebasan tertinggi yaitu jagadhita dan moksa yang berdasarkan atas latihan-latihan atau pengendalian pikiran yang baik dan berkelanjutan, dengan dasar dapat mengendalikan diri terhadap hal-hal negatif dalam diri menjadikan manusia bersahaja, tenang, simpati, untuk hadir percaya diri, terhadap situasi apapun.
2.2.4 Catur Marga Membina Sikap Percaya Diri
Manusia mempunyai kelengkapan yang paling sempurna diantara mahluk ciptaan Tuhan, yang dalam agama Hindu disebut dengan tri pramana terdiri dari bayu, sabda, idep atau kemampuan untuk bergerak, bersuara dan berpikir. Walaupun demikian manusia itu belum tentu bisa mengarahkan pikirannya dengan baik dan belum mampu pula untuk selalu mempunyai sikap percaya pada dirinya sendiri. Maka dari itu pembinaan dengan melaksanakan ajaran agama pada umumnya dan melalui ajaran catur marga pada khususnya dengan baik, benar dan mantap.
Akal yang hebat dan rasa yang kuat akan sangat berguna kalau dapat diarahkan kesuatu tujuan yang baik sebab itu diperlukan konsentrasi supaya jangan menyimpang dari arah (raja marga). Kalau akal dan rasa sudah seimbang, arah sudah terpusat maka orang akan dapat mencapai prestasi yang sangat tinggi. Prestasi yang tinggi kalau digunakan untuk kepentingan diri sendiri akan membahayakan, sebab itu perlu kehebatan yang dimiliki oleh manusia itu diabaikan untuk kepentingan orang banyak (karma marga). Demikianlah akal dan rasa dipadukan secara seimbang, tidak kuat dan terdalihkan serta terarah digerakkan untuk mengabdi.
Dengan adanya unsur kebebasan pada tiap-tiap orang, untuk memilih jalan (marga), untuk menghubungkan diri kepada Tuhan, maka rasa percaya atau sikap percaya diri umat Hindu dapat terbentuk. Dengan akal yang cerdas, budi yang tinggi seorang pemikir akan meguak rahasia-rahasia alam, memisahkan benar dan salah, memberikan cara-cara yang tepat dan benar bagaimana melaksanakannya, sehingga hidup itu terjadi mudah dan tujuan tidak menyimpang. nama dan tinjauan dari sudut yang berbeda terhadap satu yang sama.
Dalam bhakti marga doa adalah merupakan bagian yang sangat penting karena doa adalah merupakan cetusan perasaan. Dengan doa, orang menyerahkan diri kepada Tuhan dengan mantap dan dapat membentuk sikap percaya diri yang mantap pula.Tuhan mendengarkan orang yang sungguh-sungguh. Beliau datang dan memberikan kepercayaan padanya. Begitulah orang yang berdoa memanggil Tuhan dia menjadi berani menghadapi dunia yang penuh dengan rahasia ini karena dia percaya Tuhan akan melindungi dan membimbingnya. Kepercayaan adalah faktor mutlak untuk membangkitkan keberanian, dan dengan keberanian orang tidak akan ragu-ragu untuk berbuat.
Dengan apa orang akan mendapatkan rasa aman dan tabah, tenang dan terlindung dari bahaya dan penderitaan. Jnana marga menyerukan:”Bangunlah dan sadarlah, sudah lama kita tertidur lelap, hapuslah belenggu maya ini dengan sinar pengetahuan. Pada hakekatnya manusia tahu. Kesadaran akan hakekat diri adalah sangat penting, karena hal itu merupakan modal pertama untuk bangkit menuju Tuhan jangan larut dalam kepasrahan, karena semua itu hanyalah maya, tetaplah tegak jangan goyah, seperti langit yang tetap biru, biarlah awan lewat silih berganti, karena apa yang ada dia selalu datang dan pergi semuanya bersifat sementara. Dengan pengetahuan hakekat dirinya melalui kesadaran pengetahuannya, maka manusia akan lebih percaya terhadap dirinya sendiri.
2.3 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, percaya diri adalah sikap keyakinan dalam diri untuk mampu mengerjakan atau melaksanakan sesuatu dengan baik tanpa harus tergantung kepada orang lain. Salah satu ajaran Hindu yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri tersebut adalah Catur Marga. Catur Marga Yoga adalah empat jalan, cara atau usaha untuk menghubungkan diri kepada Hyang Widhi guna mencapai tujuan hidup moksartham jagadhita.
Catur Marga terdiri dari bhakti marga, karma marga, jnana marga dan raja marga. Dimana bhakti marga mengutamakan penyerahan diri dan pencurahan rasa, karma marga mengutamakan kerja tanpa pamerih untuk kepentingan diri sendiri, jnana marga mengutamakan akal yang membangkitkan kesadaran dan raja marga mengajarkan pengendalian diri dan konsentrasi. Ajaran catur marga merupakan ajaran yang sangat penting untuk membina sikap percaya diri. Hal ini disebabkan unsur-unsur dari ajarannya senantiasa mengarahkan umat Hindu agar termotivasi untuk selalu bersikap penuh percaya diri. Dengan sikap penuh percaya diri maka segala pekerjaan dapat dirampungkansehingga terwujud kehidupan jagadhita.
0 Komentar