SIDOARJO-- Sebanyak sembilan patung Jayandaru yang merupakan sumbangan dari PT Sekar Laut Sidoarjo kembali dibongkar. Patung-patung setinggi 25 meter berwujud manusia petani, pedagang, dan nelayan yang mewakili masyarakat Sidoarjo itu dianggap berhala karena berpostur sempurna dan menjulang setinggi 25 meter.

"Patung-patung ini akan kami kembalikan kepada pemberinya, yaitu PT Sekar Laut Sidoarjo (lewat program CSR). Terserah mereka akan dipindahkan ke mana," kata Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sidoarjo, Bachrul Amik, kepada Tempo,co di lokasi penurunan patung-patung itu, Jumat.

Bachrul mengatakan penurunan kembali patung Jayandaru mengikuti desakan sejumlah organisasi masyarakat. Mereka yang dimaksud Bachrul adalah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia, Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor, serta seluruh santri pondok pesantren di Sidoarjo.

Menurut Bachrul, pemerintah Sidoarjo akan mendesain ulang bekas lokasi kesembilan patung yang dibongkar itu. Namun ia masih belum bisa membeberkan secara detail desain penggantinya.

Sebelumnya patung-patung karya Wayan Winten itu didesain mengelilingi Monumen Udang dan Bandeng yang menjadi ikon Kabupaten Sidoarjo. Namun, setelah berdiri, sejumlah ormas itu menyatakan menolaknya. Selain dianggap berhala, alasan lainnya adalah keberadaan patung Jayandaru bertentangan dengan simbol Kabupaten Sidoarjo di sekitar alun-alun yang terdapat lafaz Asmaul Husna atau nama-nama Allah.

Jadilah patung-patung itu diturunkan lagi, memenuhi desakan sebagian masyarakat. Berdasarkan pantauan Tempo, penurunan sembilan patung itu dilakukan dengan hati-hati oleh para pekerja. Awalnya, patung itu diikat badannya, lalu diangkat menggunakan crane dan dimasukkan ke truk. Satu per satu patung itu diangkut dengan dua truk.

Saat dimintai tanggapannya, Ketua PC GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono berkomentar singkat saja. "Alhamdulillah kalau sudah diturunkan," kata dia.