A. Perubahan Sosial dan Dimensi-dimensinya

a. Pengertian Perubahan Sosial

Kingsley Davis mengartikan perubahan social sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam structur dan fungsi masyarakat. Contoh: timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat-masyarakat Kapitalis, yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

Gillin dan Gillin (dalam Soerjono Soekanto, 1982;307) menyatakan perubahan social adalah variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi. Samuel Koeneng mengatakan perubahan social sebagai modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan masyarakat.

Selo Soemarjan (1962;379) menyatakan perubahan social adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarkatan yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk didalamnya nilai, sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Parsudi Suparlan (1980) menyatakan perubahan social adalah perubahan dalam struktur social dan pola-pola dalam hubungan social, yang antara lain mencakup system status, hubungan-hubungan dalam keluarga, system-sistem politik dan kekuatan serta persebaran penduduk.

b. Dimensi Perubahan Masyarakat Hindu

Apa yang membedakan antara keluarga Hindu “tradisional” dengan “modern”? yang berbeda adalah isisnya. Singkatnya, keluarga Hindu tradisional memperlihatkan structure dan system yang berpusat pada suami, sedangkan keluarga Hindu modern di dalamnya terjadi distribusi kekuasaan antara suami, istri dan anak-anak secara seimbang.

Dalam aspek kehidupan keagamaan, missal pada masa lalu di Bali kekuasaan dan wewenang sebagai pemimpin satu ritus upacara keagamaan terbatas diberikan kepada pendeta yang berasal dari brahmanawangsa, saat ini tampak adanya distribusi kepada wangsa-wangsa lainnya, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.

Dengan demikian dimensi perubahan social masyarakat Hindu dibagi dua yaitu perubahan structural dan perubahan cultural, menyentuh pula beberapa kehidupan masyarakat Hindu, pada tingkat keluarga seperti terjadinya perubahan structur keluarga masyarakat Hindu, maupun pada komposisi structur masyarakat Hindu sebagai kesatuan social, seperti komposisi pendidikan, pekerjaan, kekayaan. Terjadi pula perubahan dalam aspek wewenang sebagai pemimpin suatu ritus keagamaan.

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan pada Masyarakat Hindu

Menurut Selo Soemarjdan dan Soelaeman Soemardi 1973;485-487 faktor-faktor terjadinya perubahan social dari dalam masyarakat (internal) dan dari luar masyarakat (eksternal) itu sendiri.

a. Faktor Internal

Faktor internal yang menyebabkan proses perubahan pada masyarakat Hindu yaitu:

  1. Perubahan dalam jumlah dan komposisi pemeluk Hindu: Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir perkembangan jumlah serta komposisi masyarakat Hindu Indonesia semakin baik, pada tahun 1991 berjumlah sekitar 8 juta jiwa dengan persebaran di Bali sekitar 3,3 juta jiwa, dan sisanya di luar Bali seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra bagian selatan, Lombok, Kalimantan selatan dan Sulawesi.
  2. Perubahan karena adanya gerakan social: Menurut Herbert Blumer, “gerakan social dapat dilihat sebagai usaha kolektif untuk menegakkan suatu tata kehidupan yang baru” dalam Robert Lawang, 1985;9, lebih tegas lagi Ralph H. Turner dan Lewis M. Killin Robert Lawang, 1985;10 menyatakan gerakan social sebagai : ” suatu kolektivitas yang bertindak terus-menerus untuk meningkatkan suatu perubahan dalam masyarakat atau kelompok dimana merek termasuk”. Dilihat dari karakteristiknya, gerakkan social dapat mencakup bidang politik, ekonomi, agama, kelompok kecil, dengan jenis perubahan yang diharapkan bersifat perbaikan reform atau perombakan revolution.
  3. Perubahan karena adanya perencanaan social: Perubahan social yang direncanakan dalam masyarakat Hindu bersumber dari keputusan Mahasabha Parisada Hindu Dharma Indonesia yang pada hakekatnya bertujuan melakukan perbaikan-perbaikan serta meningkatkan mutu umatnya.


Oleh karena itu, perunsusbahan social yang dikehendaki sebagai tujuan, sebelumnya telah dikaji dan direncanakan melalui forum musyawarah besar pimpinan masyarakat masyarakat Hindu.

b. Faktor Eksternal


  1. Kontak dengan agama dan kebudayaan lain: Kontak dengan agama dan kebudayaan lain di dunia telah memberikan beberapa aktualisasi bagi keberadaan suatu agama dan kebudayaan lainnya. Hal ini dimungkinkan terjadi difusi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, dan asimilasi kebudayaan. Difusi kebudayaan yaitu suatu proses penyebaran unsure-unsur kebudayaan dari orang perorangan kepada orang orang perorangan lainnya, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Akulturasi kebudayaan adalah proses pencampuran dua unsure kebudayaan atau lebih dalam hal mana identitas kebudayaan penerima masih dipertahankan. Asimilasi kebudayaan adalah proses pencampuran dua kebudayaan atau lebih dalam hal mana identitas masing-masdariing kebudayaan hilang sama sekali dan terwujud satu kebudayaan sama sekali berbeda (baru).
  2. Pengaruh system pendidikan formal: Sebagai ciri pendidikan formal yakni rasional dan kritis, sikap seperti ini dapat mempengaruhi system pembelajaran agama Hindu masa lalu yang lebih didominasi oleh unsur tradisional, yang mengutamakan pendidikan pada rasa, sehingga munculnya system pendidikan modern memberikan warna baru pada system pendidikan Hindu masa kini.


C. Perubahan Sosial dan Modernisasi

a. Pengertian Modernisasi

Wilber H. Moore (1975) menyatakan pengertian modernisasi suatu bentuk dari perubahan social yang terara yang mencakup suatu htransformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pra-modern dalam arti teknologi serta organisasi social, ke arah pola-pola ekonomis dan politik yang memadai modernisasi.

b. Modernisasi dan Perubahan Sosial

Modernisasi sebagai proses jelas memiliki keterkaitan dengan perubahan social. Oleh karena dalam proses modernisasi dimungkinkan adanya pengalihan unsur-unsur lama yang tidak fungsional lagi, dan dapat dipastikan di dalam proses pengalihan itu terjadi perbedaan dari hal-hal yang dialami sebelumnya, yang dikatakan sebagai dimensi perubahan social.