Di dalam ajaran Hindu Dharma disebutkan, bahwa setiap atma yang masih terbelenggu oleh siklus samsara akan terikat oleh enam kelemahan, yaitu :

1. Janma : akan mengalami kelahiran kembali
2. Dhuka : akan mengalami kesengsaraan
3. Dosa : akan berbuat kesalahan
4. Vyadhi : akan mengalami sakit
5. Jara : akan mengalami proses penuaan
6. Mrtya : akan mengalami kematian

Banyak manusia di dunia sesungguhnya lahir dalam keberuntungan, tapi tidak memahami dan menghargainya. Yaitu lahir, hidup dan mati di sebuah tempat nan damai dimana ada jalan suci dharma untuk ditempuh, tapi tidak mau menyimak dan mendalami hakikat kebenarannya. Buta pengetahuan dharma semasa hidupnya, menciptakan akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk menggunung, tenggelam di dalam karma buruk yang semakin dalam. Sehingga kelahirannya kembali [punarbhawa] kelak akan memburuk.

Padahal sekali terlahir kembali di tempat yang tidak ada jalan suci dharma, atau di tempat yang penuh konflik dan peperangan, atau terjerumus ke dalam empat jalur perjalanan atma yang buruk [terjebak di alam antarabhava, masuk alam-alam bawah, masuk alam-alam neraka atau terlahir kembali sebagai binatang], maka akan terjepit oleh kesengsaraan yang berat. Dalam keadaan yang seperti itu kebodohan [avidya] dan ketersesatan kesadaran [acetana] akan semakin bertambah. Akan semakin sulit bertemu jalan suci dharma, semakin sulit bertemu pengetahuan sejati, tidak paham akan hukum sebab-akibat, terseret habis oleh akumulasi karma buruknya dan semakin tenggelam dalam kesengsaraan di dalam siklus samsara. Sangat sulit untuk keluar.

Yang paling diharapkan di dalam kelahiran sebagai manusia ini kalau kita mampu mengusahakan menggembleng diri agar dapat mencapai pembebasan [moksha]. Kalau kita belum mampu usahakanlah membina diri agar kelak setelah dijemput oleh kematian bisa mencapai alam-alam suci. Kalau itupun juga belum mampu paling tidak usahakanlah membina diri mempersiapkan kelahiran kembali berikutnya yang baik, dimana kita bisa memperoleh kesempatan untuk mengalami peningkatan dan kemajuan kesadaran.

TIGA JENIS KEGAGALAN KELAHIRAN KEMBALI

Dalam kelahiran berulang-ulang sebagai manusia, tidak semua orang dapat mengalami kemajuan kesadaran. Banyak yang hanya hanya terus berputar-putar naik turun begitu saja di dalam siklus samsara. Itupun masih untung kalau tidak mengalami kejatuhan terlahir kembali sebagai mahluk-mahluk rendah. Di dalam ajaran Hindu Dharma, ada tiga macam kelahiran kembali di dalam siklus samsara yang tidak diharapkan terjadi, yaitu :

1. Dhuka punarbhava Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali “turun tingkat” menjadi binatang atau mahluk-mahluk alam bawah.

2. Sangskara punarbhava Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali tetap menjadi
manusia, yang hanya terus berputar-putar naik turun begitu saja.121 Misalnya [contoh] : sekarang lahir menjadi orang miskin, karena miskin dia demikian rajin berdoa, karena rajin berdoa kelahiran berikutnya “naik” menjadi orang kaya. Begitu lahir jadi orang kaya dia pelit dan sombong, sehingga kelahiran berikutnya “turun” lagi menjadi orang miskin. Demikian terus berputar terjadi naik-turun berulang-ulang.

3. Parinama punarbhava Yaitu dari bertempat di alam-alam dewa, terlahir kembali menjadi manusia
untuk proses “naik tingkat” atau meningkatkan kesadaran, tetapi karena berbagai sebab justru malah mengalami kemerosotan kesadaran atau “turun tingkat”. Sadha na Dasar : Karma Baik Dan Landasan Dasar Kesadara n

SADHANA DASAR : KARMA BAIK DAN LANDASAN DASAR KESADARAN

Umumnya jarak pandang penglihatan kebanyakan manusia yang tenggelam dalam avidya [kebodohan] sangat terbatas, sehingga yang terlihat hanya kenikmatan indriya, kehormatan, harga diri, keuntungan, harta kekayaan, wujud dan bentuk. Yang terlihat hanya satu kehidupan yang sangat singkat ini saja. Tidak sadar akan fenomena bathin, dinamika hukum karma, serta adanya siklus samsara dan berbagai kemungkinan perjalanan sang atma.

Hal inilah yang telah menyebabkan banyak manusia enggan melaksanakan dharma dan malah menciptakan berbagai karma buruk tanpa menyadari akibatnya kelak yang fatal. Orang yang tenggelam dalam avidya menyangka perbuatan adharma yang dia lakukan itu nikmat dan manis laksana madu, selama ketika buah karma buruk dari perbuatannya itu belum matang. Tapi disaat buah karma buruk dari perbuatannya itu matang, maka disanalah dia akan mengalami kesengsaraan yang seringkali sangat berat.

Oleh karena itu di dalam seluruh perjalanan kehidupan ini sudah selayaknya kita harus tekun dan bersemangat mengumpulkan akumulasi karma baik yang sekaligus sebagai dasar-dasar pemurnian diri melalui tri paramo-dharmah [tiga ruas dharma yang tertinggi], yaitu :

1. Dayadvham dan Datta [mengembangkan sifat welas asih dan banyakbanyak melakukan kebaikan].
2. Ahimsa [tidak menyakiti].
3. Tapasya [pengendalian diri].

Tri paramo-dharmah atau tiga ruas dharma yang tertinggi tersebut memiliki dua manfaat yang maha-utama. Manfaat pertama adalah akumulasi karma baiknya akan menjadi penjaga, pelindung dan pembimbing kita yang abadi di dalam mengarungi siklus samsara. Yang membuat kehidupan kita di masa kini dan di masa depan akan baik, damai, bahagia dan dan penuh keberuntungan.

Manfaat kedua adalah akan menjadi dasar-dasar pemurnian diri. Akan menjadi pondasi dasar pikiran bersih dan kesadaran terang yang menentukan bagi setiap aktifitas religius kita. Artinya ketika kita sembahyang atau japa mantra bathin kita jadi mudah terhubung dengan vibrasi kemahasucian dari alam-alam luhur, ketika kita meditasi kita menjadi mudah merealisasi samadhi, ketika kita mempelajari dharma kita akan lebih mudah paham dan mengerti, ketika kita melaksanakan kerja kita akan berbahagia melaksanakan svadharma [tugas kehidupan] kita. Karena kesucian hanya bisa terhubung dengan kesucian. Itulah sebabnya juga disebut "gerbang depan" atau titik berangkat yang terpenting untuk memasuki dunia spiritual yang mendalam. Karena ini adalah pondasi dasar yang sangat menentukan keberhasilan semua bentuk yoga.

Sehingga siapapun diri kita dalam kelahiran disaat ini, bodoh atau pintar, cantik atau jelek, kaya atau miskin, pegawai rendahan atau direktur perusahaan, petani atau pertapa, orang biasa atau mahayogi, semuanya punya tiga tugas penting yang sama dalam kelahiran pada hidup ini, yaitu “mengembangkan sifat welas asih dan banyak-banyak melakukan kebaikan, berhenti menyakiti, serta
pengendalian diri”.

Tiga ruas dharma yang tertinggi adalah tiga tugas kehidupan terpenting yang harus kita laksanakan dalam kelahiran sebagai manusia. Dari sejak awal yang tidak berawal di dalam mengarungi siklus samsara, melewati berjuta-juta kehidupan, kita tidak punya sumber keselamatan lain selain “banyak-banyak melakukan kebaikan, berhenti menyakiti dan pengendalian diri”. Karena ketiganya tidak saja adalah benih dari pikiran yang bersih dan kesadaran yang terang, tapi juga inilah satu-satunya sumber keselamatan kita yang menjadi penjaga, pelindung dan pembimbing kita yang abadi di dalam mengarungi siklus samsara.

SADHANA PENGEMBANGAN KESADARAN SEMPURNA

Bila di dalam perjalanan kehidupan kita tekun melaksakan tri paramodharmah atau tiga ruas dharma yang tertinggi, maka ini akan membangun kehalusan jiwa, serta selalu mengarahkan diri kita kepada pandangan, arah dan jalan yang benar. Selain itu akan membuat bathin kita mudah terhubung dengan
alam-alam suci, memudahkan kita mencapai samadhi, memudahkan kita tersambung dan mengerti dengan ajaran dharma, serta membuat kita berbahagia di dalam menjalani kehidupan duniawi dan spiritual.

Tri paramo-dharmah atau tiga ruas dharma yang tertinggi adalah titik berangkat atau dasar-dasar yang terpenting yang sangat menentukan keberhasilan upaya pemurnian diri dan pengembangan kesadaran.
Tahap selanjutnya untuk mencapai pemurnian diri dan kesadaran yang penuh atau sempurna adalah dengan menempuh jalan yoga. Yang dimaksud yoga disini tidak terbatas hanya kepada asana saja, sebagaimana kesalah-pahaman sempit pengertian yoga yang umum. Makna yoga sesungguhnya adalah sebuah sistem sadhana. Disebut laku dalam istilah Hindu Jawa, atau Tapa, Brata, Yoga, Samadhi sebagaimana yang biasa diterapkan di Bali. Yang semuanya memusat kepada upaya untuk mengolah badan, pikiran dan kesadaran, yang berpuncak kepada samadhi.

Maharsi Patanjali dalam Yoga Sutra menulis : "yoga citta vritti nirodhah" [yoga adalah aktifitas untuk meniadakan riak-riak pikiran]. Artinya melaksanakan yoga bertujuan untuk memurnikan samskara, atau melampaui kesan-kesan pikiran dan perasaan. Samskara adalah apa yang menjadi salah satu kekuatan penggerak utama bagi hukum karma dan siklus samsara. Semuanya ini adalah apa yang akan menyempurnakan upaya kita untuk menuju kepada pemurnian diri dan pengembangan kesadaran.

Melalui seluruh sadhana ini, target utamanya adalah bagaimana di dalam masa kehidupan kita belajar mengolah matsarya [iri hati, sentimen] menjadi empati, ikut bahagia melihat kebahagiaan orang lain. Mengolah kroda [marah, benci, dendam] menjadi sifat penuh welas asih dan kebaikan. Mengolah moha [bingung, gelisah, sedih, putus asa] menjadi ketenangan, bathin yang tenangseimbang. Mengolah lobha [ketidakpuasan, keserakahan] menjadi sifat penuh rasa syukur dan penuh rasa kerelaan. Mengolah mada [sombong, angkuh] menjadi sifat kerendah-hatian. Mengolah kama [keinginan, hawa nafsu] menjadi sifat-sifat mulia yang terkelola. Serta mengembangkan sifat penuh welas asih dan kebaikan semasa kehidupan.

Karena ini tidak saja pasti akan memberi kesejukan dan kedamaian ke dalam bathin, tapi juga memberi tumpukan karma baik yang membuka banyak jalan yang terang. Betapa pentingnya kita membina diri dan melakukan sadhana ketika masih dalam semasa kehidupan. Tidak hanya penting untuk mengubah jalan kehidupan kita menuju kebahagiaan duniawi dan rohani, tapi sekaligus juga
akan sangat berpengaruh di alam kematian.

Melalui ketekunan melakukan latihan, secara bertahap kita bisa memurnikan kesadaran. Sehingga kesadaran atma tidak hanya sebatas menjadi cita-cita spiritual, tapi menjadi satu dengan keseharian kita. Ketika itu terjadi, semakin kebiasaan dan kecenderungan kita lenyap, semakin sedikit perbedaan antara meditasi dan kehidupan keseharian. Perlahan-lahan kita bisa menjadi orang yang selalu terserap ke dalam kesadaran atman, selalu terserap ke dalam samadhi.

Akan tetapi mengenai sadhana pengembangan pemurnian dan kesadaran sempurna di dalam buku ini akan dibahas singkat saja. Untuk mendapatkan pembahasan yang lebih mendalam mengenai sadhana pengembangan pemurnian ini, anda bisa membaca Mandala Yoga dalam buku Moksha Puncak Kesadaran Diri dan Penyatuan Kosmik.

Sumber: Buku Samsara, Perjalanan Sang Atma, Karya I Nyoman Kurniawan (Bab 14)