Jangka waktu linga sarira [badan halus] bergentayangan sebagai hantu di dimensi halus alam marcapada [mrtya loka] biasanya berkaitan dengan proses penguraian [pembusukan] sthula sarira [badan fisik]. Artinya bersamaan dengan terurainya sthula sarira maka linga sarira juga akan terurai, karena keduanya terkait erat dimana bahan pembentuknya sama yaitu sari-sari makanan.

Salah satu sebabnya di dalam ajaran Hindu orang meninggal dilakukan kremasi [pembakaran mayat] karena dengan pembakaran sthula sarira [badan fisik] akan menyebabkan badan fisik secepatnya terurai kembali menjadi lima elemen dasar materi [panca maha bhuta] yang membentuknya. Sehingga dengan di-upakarai dengan baik, atma dengan ringan dapat melanjutkan perjalanan penyeberangan ke alam-alam berikutnya. Tujuannya tentu saja adalah alam-alam suci. Dan atma tidak perlu lama-lama di alam Marcapada bergentayangan menjadi "hantu”.

Bagi yang tidak dikremasi perlu jangka waktu lama agar atma dapat meninggalkan alam Marcapada, karena harus menunggu badan fisik terurai terlebih dahulu. Setelah seseorang meninggal dalam melewati jangka waktu tertentu, badan fisiknya akan semakin terurai. Demikian juga dengan badan halusnya akan ikut semakin terurai. Ciri-cirinya bagi atma adalah akan melihat alam Marcapada ini semakin remang-remang, semakin samar-samar dan semakin berjarak dengan dirinya.

Tapi juga perlu ditambahkan keterangan bahwa ketika sthula sarira [badan fisik] sudah terurai, tidak semua atma akan langsung masuk menyeberangi alam antarabhava. Ada juga atma-atma yang masih bergentayangan sebagai hantu di alam marcapada walaupun badan fisiknya sudah sepenuhnya terurai. Ini disebabkan oleh demikian sangat kuatnya kelekatan atma dengan alam kehidupan marcapada. Atau karena di detik-detik menjelang kematiannya atma mengalami kejadian yang secara emosional sangat traumatik. Atma dapat bergentayangan dulu selama ratusan tahun sebelum kemudian barulah masukdan menyeberangi alam antarabhava.

Berapapun jangka waktunya atau bagaimanapun kejadiannya, yang jelas sampai tiba saatnya atma kemudian akan melihat suasana remang-remang ini semakin lama semakin gelap, alam marcapada ini semakin berjarak dengan dirinya. Dan Ketika linga sarira sudah sepenuhnya terurai [meninggal], maka kesadaran atma akan “melompat” berpindah dari linga sarira ke lapisan badan
sukshma sarira.

Ketika tiba-tiba hanya kegelapan total yang mengerikan menyelimuti, itu sebuah pertanda bahwa atma sudah “melompat” berpindah ke lapisan badan sukshma sarira dan memasuki alam Antarabhava atau Antariksha. Alam yang merupakan alam transisi dari alam marcapada dengan dimensi alam-alam lainnya. Melewati bagian dari alam antarabhava yang sangat gelap dan mengerikan ini, atma akan melakukan perjalanan menyeberang menuju alam-alam lainnya.

Tapi kegelapan total yang mengerikan ini hendaknya dibedakan dengan kegelapan total yang penuh keheningan dan kenyamanan dari cahaya tri datu yang muncul dalam kesempatan pertama untuk moksha. Keduanya adalah keadaan yang sama sekali sangat berbeda. Perjalanan kedua atma melintasi alam antarabhava melalui kegelapan pekat ini sangatlah mengerikan dan kemungkinan untuk masuk alam-alam bawah atau Bhur Loka sangat besar.

Menyeberangi alam antarabhava melalui kegelapan pekat ini kebanyakan orang akan mendengar berbagai suara-suara mengerikan. Suara-suara seolaholah dia akan dicincang, disiksa, dibunuh, dsb-nya. Dia juga akan dikejar-kejar oleh suara gemuruh seperti gelegar ribuan petir, suara air bah dan berbagai suarasuara mengerikan lainnya yang seolah-olah mengejar dia. Pengalaman ini sangat menakutkan, yang membuat atma lari kesana kemari tanpa arah dengan rasa takut dan sedih yang luar biasa.

Rahasia yang harus dipahami disini bahwa sesungguhnya suara-suara ini bukanlah suara setan, juga bukan suara Tuhan yang marah dan menghukum, melainkan suara yang merupakan bayangan atau pantulan dari samskara atau kecenderungan pikiran kita sendiri. Semasa seseorang masih hidup sebagai manusia, dia mungkin masih bisa menipu dirinya sendiri. Semasih hidup melakukan penolakan sadar maupun tidak sadar untuk jujur membuka dan mengakuinya. Karena untuk dapat mengakui kesalahan-kesalahan diri sendiri memerlukan keberanian dan kejujuran.

Walaupun sesungguhnya dia selalu ada di dalam diri sendiri menunggu untuk diungkap. Tapi dalam perjalanan menyeberangi bagian alam antarabhava yang gelap pekat, tidak ada satupun lagi hal yang bisa ditipu, disembunyikan atau dimanipulasikan. Suara-suara mengerikan ini pasti akan dialami oleh mereka yang semasa hidupnya banyak melakukan pelanggaran dharma. Seperti misalnya banyak menipu, banyak marahnya, banyak serakahnya, banyak mementingkan diri sendiri, banyak iri hati-nya, dsb-nya. Intinya banyak melakukan karma buruk.

Setiap rasa sakit dan kesengsaraan yang dia pernah lakukan kepada mahluk lain semasa kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung, akan kembali kepadanya seperti hantaman bumerang di moment ini. Di bagian gelap alam antarbhava ini dia pasti akan dikejar-kejar oleh hal-hal yang mengerikan tersebut. Selain itu juga karena tidak adanya lagi badan fisik sebagai penghalang, maka apapun perasaan dan gejolak emosi yang kita rasakan di moment ini akan menjadi berkali-kali lipat. 

Pengalaman ini bisa menjadi pengalaman yang sangat menyiksa, kalau perasaan dan gejolak emosi kita tidak stabil. Kalau kita merasa marah, maka rasa marah ini akan berkali-kali lipat menyiksa pikiran kita. Kalau kita merasa sedih, maka rasa sedih ini akan berkali-kali lipat menyiksa pikiran kita. Kalau kita merasa takut, maka rasa takut ini akan berkali-kali lipat menyiksa
pikiran kita.

Waktu yang diperlukan untuk menyeberangi alam Antarabhava melalui kegelapan pekat ini sangat bervariasi bagi setiap orang. Bisa hitungan hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, puluhan tahun, ratusan tahun dan bahkan ada atma yang menyangkut disini dalam jangka waktu yang amat sangat lama. Ciri-ciri atau pertanda bahwa kita sudah diujung atau akhir dari perjalanan melintasi alam antarabhava melalui kegelapan pekat ini adalah munculnya pendaran cahaya berbagai warna. Masing-masing cahaya ini merupakan pintu menuju alam-alam berikutnya.

Cahaya yang akan menarik kita ini sangat erat kaitannya dengan arus karma dan samskara kita sendiri. Kalau selama masa kehidupan kita banyak memiliki akumulasi karma buruk atau banyak melakukan kejahatan, maka kita akan tertarik masuk ke salah satu pendaran cahaya yang membawa kita ke alam-alam bawah atau kelahiran kembali sebagai hewan [binatang]. Sebaliknya kalau selama masa kehidupan kita banyak memiliki akumulasi karma baik atau selalu melakukan berbagai kebaikan, maka kita akan tertarik masuk ke salah satu pendaran cahaya yang membawa kita kepada kelahiran kembali sebagai manusia.

Ciri-ciri atau pertanda lain bahwa kita sudah diujung atau akhir dari perjalanan melintasi bagian gelap dari alam antarabhava ini adalah sikap pandangan mata. Kalau pandangan mata kita otomatis memandang lurus ke depan itu pertanda perjalanan kita akan mengarah menuju kelahiran kembali sebagai hewan [binatang]. Kalau pandangan mata kita otomatis memandang ke arah bawah itu pertanda perjalanan kita akan mengarah menuju ke alam-alam bawah atau alam Bhur Loka.

Sehingga selalu lakukan upaya untuk selalu menengadah dan pandangan mata memandang ke arah atas. Karena kalau memandang ke arah atas akan mengarahkan perjalanan kita menuju ke alam-alam suci atau menuju kembali ke alam Marcapada [alam kehidupan manusia], dimana kita bisa melakukan upaya ulang untuk perjalanan atma yang baik.

  Sumber: Buku Samsara, Perjalanan Sang Atma, Karya I Nyoman Kurniawan (Bab 9)