Bhur loka sering diistilahkan sebagai alam kegelapan atau alam bawah. Disebut alam kegelapan karena suasana alam ini memang cukup remang-remang atau bahkan sangatgelap. Disebut alam bawah bukan karena lokasinya di bawah, melainkan karena mahluk-mahluk di alam ini kesadarannya dianggap di bawah standar atau rendah. Bhur loka adalah alam yang dihuni oleh jiwa-jiwa yang bathinnya dalam avidya dan semasa hidupnya banyak melakukan pelanggaran dharma. Umumnya kita menyebut mereka sebagai mahluk-mahluk alam bawah.
Bhur Loka adalah alam-alam dengan suasana yang remang-remang atau gelap. Berada disini kita akan mengalami berbagai kesengsaraan yang diakibatkan oleh refleksi negatif dari pikiran kita sendiri [pikiran buruk dan ingatan / kenangan buruk]. Pikiran-pikiran buruk kita terproyeksikan menjadi begitu nyata oleh energi negatif alam ini.
Mahluk alam-alam bawah kebanyakan berwujud seram. Tapi tidak semua karena ada juga dari jenis tertentu yang berwujud cukup indah, cantik atau tampan. Yang membedakan dengan manusia adalah tingkat kesadaran mereka yang berada di bawah tingkat kesadaran manusia. Tingkah laku mereka sesungguhnya tidak selalu jelek. Kalaupun ada tingkah laku mereka jelek itu karena karakter [tingkat kesadaran] mereka rendah dan karena vibrasi dan suasana alam mereka sendiri yang memang mendorong seperti itu.
Bhur Loka terbagi menjadi tujuh petala atau tujuh dimensi yang berbedabeda. Di masing-masing petala atau dimensi-dimensi dari alam ini, jiwa-jiwa yang kualitas tingkat kesadaran-nya sejenis akan berkumpul. Dan perlu diketahui bahwa pada beberapa bagian-bagian terbawah dari alam ini terdapat penguasapenguasa yang melakukan perbudakan mental kepada jiwa-jiwa lainnya. Itu juga salah satu sebabnya kenapa sekali sang jiwa terperosok disini, dia akan tinggal untuk jangka waktu yang sangat lama, sebelum bisa lahir kembali sebagai manusia di alam marcapada.
Pada beberapa petala, berada disana jangka waktunya bisa antara ribuan tahun atau bahkan jutaan tahun. Dimana jiwa-jiwa sangat sulit keluar dari sana karena adanya hirarki jiwa-jiwa gelap yang menjadikan dirinya penguasa, mempengaruhi dan memanipulasi pikiran mereka, sehingga mereka terus terkurung disana.
Bhur Loka terbagi menjadi tujuh petala atau tujuh dimensi yang berbedabeda, yang disebut Sapta Petala. Setiap petala ini masing-masing memiliki banyak sekali dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Semakin negatif atau kasar sebuah petala atau lapisan dimensi bhur loka yang kita masuki, lingkungannya semakin tidak mendukung bagi jiwa untuk mengalami kebahagiaan dan kedamaian. Jiwa-jiwa yang terperosok ke alam ini adalah apa yang biasa kita sebut sebagai sarwa bhuta, rencang-rencang atau mahluk-mahluk alam bawah.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa ketika seseorang mengalami kematian, atma-nya akan berpindah ke dimensi yang berbeda. Atma akan mengalami pengalaman-pengalaman transenden, yang kemudian diikuti dengan berbagai kemungkinan perjalanan. Kemungkinan yang akan kita bahas disini adalah kemungkinan dimana atma kemudian akan terjerumus memasuki Bhur Loka. Atma akan memasuki alam-alam bawah yang sesuai dengan tingkat kegelapan bathinnya sendiri, serta energi akumulasi karma buruk-nya.
Salah satu pengetahuan yang penting untuk diketahui bahwa ketika sang atma terjerumus masuk ke Bhur Loka, dia akan menjadi penghuni alam tersebut dan memperoleh wujud dan jatidiri baru. Wujud dan jatidiri-nya seketika atau bisa juga perlahan-lahan akan berubah, sesuai proses perjalanan dan transisi-nya sendiri, menjadi wujud penghuni dimensi atau dunia alam-alam bawah tersebut. Berikut ini penulis akan menyampaikan penjelasan mengenai Bhur Loka atau Sapta Petala. Dengan catatan bahwa tidak semua penjelasan detail mengenai alam-alam bawah diijinkan untuk dibuka dalam tulisan ini. Ada samaya yang harus penulis jaga.
1. Sapta Petala lapisan atau dimensi pertama : Atala.
Dimensi alam atala ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri. Artinya dalam satu dimensi yang sama disana ada banyak alam. Dimensi alam atala ini adalah “tetangga” kita paling dekat. Penghuninya adalah para wong samar. Mereka secara fisik cukup mirip dengan manusia, dengan beberapa perbedaan, seperti salah satu misalnya tidak adanya cekukan di bawah hidung diatas mulut. Ada juga penghuninya yang berupa mahluk yang sama seperti manusia. Pada beberapa dunia disini, lingkungan mereka juga hampir mirip dengan kita, seperti ada perkampungan [desa, pemukiman], tempat-tempat suci, dsb-nya.
Hanya suasananya cenderung remang-remang, seperti sore hari menjelang malam atau pada saat mendung tebal. Pada dasarnya mereka bukan mahlukmahluk yang jahat, hanya saja tingkat tingkat kesadaran dan kebijaksanaannya lebih rendah dari manusia pada umumnya. Akan tetapi wong samar ini juga ada yang mengenal ajaran dharma, sehingga mereka tetap berusaha berkarma baik
untuk bisa keluar dari alam ini. Mereka yang masuk alam ini biasanya disaat kematian, karma buruknya lebih dominan dibandingkan dengan karma baiknya dan pikiran buruknya lebih dominan dibandingkan dengan pikiran luhurnya. Sehingga saat kematian tiba dia akan gagal menemukan jalan terang.
Sumber kesengsaraan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan rasa bersalah, rasa tersinggung [marah], rasa tidak terima, rasa sakit fisik, dsb-nya. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan kasih sayang dan kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan.
2. Sapta Petala dimensi kedua : Witala.
Alam witala ini memiliki banyak sekali dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Penghuni dimensi alam witala ini sangat beragam, yaitu berbagai macam mahluk-mahluk yang wujudnya ganjil dan aneh-aneh, seperti wujud dengan badan rusak atau tidak lengkap, kepala berkaki tanpa tubuh dan tangan, berwujud bola dengan lidah-lidah api, wujud yang menjijikkan, berwujud bola mata merah menyala, dsb-nya. Mereka yang masuk alam ini biasanya yang disaat kematian ada
memendam banyak kekecewaan, dendam atau sakit hati, selain juga tidak punya tabungan karma baik yang mencukupi. Juga mereka yang mati mendadak dalam kondisi sengsara atau salah pati seperti misalnya karena : kecelakaan, dibunuh, dsb-nya. Tanpa punya akumulasi karma baik yang mencukupi. Sehingga saat kematian tiba dia akan gagal menemukan jalan terang.
Termasuk mereka yang mati bunuh diri juga akan cenderung masuk alam ini. Pada dasarnya mereka bukan mahluk-mahluk yang jahat, hanya saja tingkat tingkat kesadaran dan kebijaksanaannya lebih rendah dari manusia pada umumnya, sehingga pikiran mereka penuh kekalutan. Selain itu, proyeksi energi negatif dan kondisi berat alam witala ini juga ikut mendorong mereka seperti itu. Sumber utama kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan berbagai kekecewaan, ketidakpuasan dan keinginan-keinginan pikiran yang tidak terpenuhi. Juga berbagai dendam dan sakit hati yang menurut mereka harus dilampiaskan. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan cinta yang didambakan, keinginan yang terpenuhi, kemarahan
yang terlampiaskan, dsb-nya.
3. Sapta Petala dimensi ketiga : Sutala.
Penghuni alam ini adalah para preta, mahluk berwujud manusia kurus, berwajah pucat dan suara melengking atau suara histeris. Ada juga mahluk yang wujudnya manusia kumal, dengan rambut kusut kotor. Selain itu ada juga mahluk-mahluk mirip seperti manusia di alam ini yang terus mengejar hasrat-hasrat duniawi palsu, tapi semuanya akan berujung kepada siksaan dan kesengsaraan. Kejadian ini, yaitu mengejar hasrat-hasrat duniawi palsu yang kemudian berujung kepada siksaan dan kesengsaraan, akan terus terjadi berulang-ulang dan berulang kembali di alam ini.
Alam sutala ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Dinamika alam, pengalaman dan wujud para penghuninya juga ada beberapa perbedaan satu sama lain.
Mereka yang masuk alam ini biasanya yang dimasa kehidupan gemar sekali mengumbar hawa nafsu indriya [hedonis] dan serakah mengejar berbagai macam kenikmatan dan kepuasan-kepuasan lainnya. Selain juga tidak punya akumulasi karma baik yang mencukupi. Pada dasarnya mereka bukan mahluk-mahluk yang jahat, hanya saja tingkat kesadaran dan kebijaksanaannya lebih rendah dari manusia pada umumnya, sehingga mereka tidak mampu mengendalikan dirinya.
Dan proyeksi energi negatif dan kondisi berat alam sutala ini juga mempengaruhi dan membuat mereka seperti itu. Sumber kesengsaraan di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan berbagai keinginan-keinginan badan dan pikiran yang tidak terpenuhi, seperti nafsu seks yang dilampiaskan sepuas-puasnya sampai maksimal, makan enak yang dilampiaskan sepuas-puasnya sampai maksimal, dsb-nya. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan
[kenangan] akan keinginan-keinginan badan dan pikiran yang tidak pernahn terpuaskan.
4. Sapta Petala dimensi ke-empat : Talatala.
Penghuni alam ini adalah para mahluk yang mudah berubah menjadi beragam wujud. Sering disebut para siluman. Dari wujud yang sangat buruk sampai wujud yang sangat indah. Kadang wujudnya seperti manusia, kadang wujudnya binatang, kadang wujudnya naga, kadang wujud lainnya. Kalau mereka hadir di dimensi halus alam marcapada [alam manusia]biasanya hadir dalam wujud binatang seperti ular, harimau, dsb-nya.
Alam talatala ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Suasana alam dan wujud para penghuninya juga ada beberapa perbedaan satu sama lain. Mereka yang masuk alam ini biasanya semasih hidup punya akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk. Yang punya ego dan sifat manipulatif yang kuat serta banyak melakukan kesalahan-kesalahan berbahaya bagi banyak orang.
Mungkin pernah dalam masa kehidupannya dia baik secara fisik maupun melalui perkataan dan pikiran [hinaan, fitnah, penipuan, manipulasi, ajaran spiritual palsu, hasutan, dsb-nya], menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mengalami kesengsaraan atau kebingungan panjang dan mendalam. Misalnya saja [hanya contoh] : meracuni makanan atau obat-obatan [formalin, methanol, zat berbahaya, obat dengan dosis tidak sehat], memproduksi narkoba, melakukan korupsi dengan dampak besar, melakukan penipuan besar kepada sekelompok orang, mengeksploitasi tenaga kerja, berpura-pura menjadi guru spiritual padahal ajarannya tidak benar [misalnya ajarannya membuat orang menjadi fanatik, menjadi bertengkar, konsep ajaran yang rawan konflik] padahal tujuan sesungguhnya hanya untuk kepentingan pribadi, memuaskan ego dan keserakahan religiusnya, dsb-nya.
Sumber kesengsaraan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan berbagai pemuasan ego yang tidak terpenuhi. Serta proyeksi energi negatif dan kondisi berat alam ini yang semakin menekan. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan berbagai pemuasan ego yang terpenuhi.
5. Sapta Petala dimensi kelima : Mahatala.
Penghuni alam ini adalah para rakshasa, makhluk bertubuh tinggi-besar, berkulit hitam, berwajah sangar dan seram. Ini adalah lapisan alam gelap yang menjadi habitat bagi jiwa-jiwa yang hanya sedikit saja punya rasa welas asih dan dominan punya bathin gelap seperti : iri hati, kemarahan, ketidakpuasan, dendam dan kebencian.
Alam mahatala ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama. Wujud para rakshasa ini juga berbeda-beda, misalnya kulitnya ada yang tidak berbulu, ada yang berbulu seperti rambut, ada yang berbulu duriduri tajam seperti jarum, dsb-nya. Mereka yang masuk alam ini biasanya semasih hidup punya akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk. Yang jiwanya dominan dengan rasa iri hati, serakah, tidak puas, kemarahan, dendam dan kebencian. Sering melakukan kekerasan dan teror fisik maupun mental kepada orang lain. Lihatlah pada manusia-manusia yang pikirannya jarang welas asih, mementingkan diri sendiri, cenderung suka mengintimidasi dan menyebarkan jejak-jejak kemarahankebencian dimana-mana.
Termasuk mereka yang semasa hidupnya belajar ilmu hitam atau ilmu-ilmu kesaktian lainnya dan menggunakannya untuk menyakiti dan menyiksa orang lain. Kecenderungan bathin mereka selalu ingin lebih hebat [lebih sakti] dari yang lain, tidak punya toleransi kepada yang lebih lemah, penuh prasangka buruk, rasa curiga, iri hati, serakah, tidak puas, marah, dendam dan benci. Sumber kesengsaraan utama di alam ini adalah siksaan mental yang mendalam akibat dari siksaan mental yang ekstrim [iri hati, marah, benci, dendam, dsb-nya]. Serta proyeksi energi negatif dan kondisi berat alam ini yang semakin menekan. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah pikiran dan ingatan [kenangan] akan puasnya melampiaskan kebencian, ketidak-puasan, dendam dan amarah yang menyebabkan orang lain menderita.
.
6. Sapta Petala dimensi ke-enam : Rasatala.
Penghuni alam ini adalah para mahluk yang tidak mewujud, hanya berwujud bayangan halus atau kabut yang lembut. Sering disebut para lelembut. Kehadiran mereka akan menghabiskan energi yang hidup bagi lingkungan sekitar maupun bagi mahluk lain [termasuk manusia]. Sesama makhluk-mahluk alam bawah pun juga tidak tahan berdekatan dengan mereka. Hanya mereka yang memiliki kemampuan supranatural tinggi yang bisa berhadapan dengan mereka tanpa terhisap energi hidupnya.
Mereka yang masuk alam ini biasanya semasih hidup punya akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk. Yang jiwanya dominan dengan rasa iri hati, serakah, tidak puas, kemarahan dendam dan kebencian. Umumnya yang masuk alam ini adalah mereka yang aktif menyebarkan propaganda yang memecah-belah manusia. Terutama mereka yang pernah melakukan kesalahan-kesalahan berbahaya bagi banyak orang seperti menghasut, mengatur, memanipulasi atau mengorganisir kebencian pada orang lain [melalui orasi, ideologi, ajaran spiritual, dsb-nya] yang sampai pada terjadinya aksi kekerasan fisik kepada sekelompok orang atau bahkan memicu peperangan antar wilayah. Lihatlah pada manusia-manusia yang haus darah, senang dengan
kekacauan, serta puas melihat ketakutan, kepedihan, dan penderitaan. Alam rasatala ini memiliki banyak dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama.
Sumber kesengsaraan utama di alam ini adalah akan merasakan kesengsaraan mental yang sangat berat, akibat proyeksi energi negatif dan kondisi alam berat yang tidak terhingga di alam ini. Hampir tidak ada kebahagiaan di alam ini. Termasuk tersiksa akibat perbudakan mental dan manipulasi dari jiwajiwa gelap yang menjadi raja atau penguasa di alam ini, serta sang jiwa merasa demikian putus asa akibat kecilnya peluang untuk bisa keluar atau bebas dari alam ini. Sumber kebahagiaan utama di alam ini adalah setitik harapan kecil bahwa suatu hari akan ada mahluk suci yang menolong keluar dari kesengsaraan panjang dan mendalam ini.
7. Sapta Petala dimensi ketujuh atau paling negatif dan gelap : Patala.
Ini adalah dimensi alam bawah yang paling mengerikan. Sulit untuk diceritakan. Mereka yang masuk alam ini biasanya semasih hidup punya akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk dan melakukan kesalahankesalahan fatal. Dimensi alam ini adalah apa yang disebut sebagai Naraka Loka [neraka]. Di alam ini berlaku hukum rimba, dimana yang kuat yang berkuasa. Alam patala atau Naraka Loka ini memiliki banyak sekali dunia-dunia tersendiri, dalam satu dimensi yang sama.
Sumber kesengsaraan di alam ini adalah akan merasakan kesengsaraan mental yang sangat berat, akibat proyeksi energi negatif yang ekstrim dan kondisi alam berat ektrim yang tidak terhingga di alam ini. Termasuk tersiksa akibat penyiksaan, konflik, persaingan dan peperangan abadi antar sesama mereka. Tidak ada kebahagiaan sedikitpun di alam ini. Sangat sulit untuk keluar dari alam ini.
SEBUAH PERENUNGAN
Apa yang akan membuat kita terjerumus ke alam-alam Bhur Loka ini adalah samskara [kecenderungan pikiran] serta akumulasi karma buruk kita sendiri. Kita harus sepenuhnya sadar bahwa masa-masa kita lahir sebagai manusia di saat ini kita sesungguhnya sedang berada di dalam keberuntungan. Kita harus mengerti dan menghargainya. Caranya yang paling mendasar adalah dengan tekun dan tidak pernah ragu melakukan banyak-banyak kebajikan. Jangan menjerumuskan diri ke dalam hal-hal yang bersifat mementingkan diri sendiri. Karena sekali kita terjerumus ke dalam jalur perjalanan atma yang buruk, maka pasti akan terjepit oleh kesengsaraan yang berat. Dalam keadaan yang seperti itu kebingungan-kebodohan [avidya] dan ketersesatan kesadaran [acetana] akan semakin bertambah, yang membuat kita semakin tenggelam.
Satu hal sangat penting yang perlu diingat. Bagaimanapun perjalanan atma kita kelak, ingatlah dan jangan pernah lupa satu hal ini - tidak ada kegelapan yang bisa dihilangkan dengan kegelapan [rasa takut, sedih, marah, benci, penuh keinginan, dsb-nya]. Kegelapan hanya bisa hilang dengan cahaya terang dharma. Sehingga satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan dan mengeluarkan kita dari alam Bhur Loka ini adalah pikiran yang bersih [tenang-seimbang, bebas dari sad ripu] serta penuh kerelaan, welas asih dan kebaikan tidak terbatas kepada semua mahluk. Terus berkarma baik, berkarma baik dan berkarma baik. Seandainya kelak disaat kematian atma kita terjerumus ke alam-alam bawah ini, ingatlah bahwa melakukan meditasi atau japa mantra tertentu, sambil kita terus menerus berkarma baik, berkarma baik dan berkarma baik. Inilah yang dapat membantu kita keluar dari alam ini.
Kita melakukan meditasi atau puja kepada satguru atau ista dewata mahasuci seperti Sanghyang Btara Guru, Dewa Shiwa, Dewi Sarasvati, Dewa Ganesha, dsb-nya. Sambil terus berkarma baik, berkarma baik dan berkarma baik. Sehingga ketika beliau mendengar puja kita, kemudian beliau akan memberikan jalan yang bisa menyelamatkan kita, sehingga kita bisa keluar dari alam-alam bawah ini. Tapi tanpa akumulasi karma baik yang mencukupi, hal ini tidak akan terjadi.
SIKAP KITA SEBAGAI MANUSIA
Kita sebagai manusia bisa menjalin hubungan dengan mahluk-mahluk alam bawah. Tetapi hal ini seharusnya tidak dilakukan, karena berhubungan dengan mahluk-mahluk alam bawah manapun, kalau tidak hati-hati manusia bisa kehilangan kemanusiaannya. Mereka yang berhubungan erat dengan mahlukmahluk alam bawah, akan ditarik ke alam bawah. Hal ini tentu sangat disayangkan bila kita sudah lahir sebagai manusia, tapi kemudian harus kehilangan kemanusiaan karena berhubungan terlalu dekat dengan mahluk-mahluk alam bawah.
Dengan mahluk-mahluk alam bawah manapun kita sebagai manusia harus memiliki rasa hormat, sopan santun dan sikap welas asih sebagaimana selayaknya kita kepada semua mahluk. Tapi jangan meminta apapun kepada mereka, jangan terikat kepada mereka, apalagi membiarkan diri kita diperintah atau diperbudak oleh mereka. Jangan juga memusuhi mereka, karena mereka sesungguhnya mahluk-mahluk menderita dan memperlakukan mereka dengan tidak baik karena karmanya sangat buruk. Misalnya mengurung mereka dalam botol, ini akan membuat mereka dendam kesumat mendalam selama ratusan ribu tahun kepada kita.
Kepada mereka kita harus bersikap penuh rasa welas asih. Sebagaimana yang diajarkan oleh ajaran Hindu Dharma, kita harus penuh kebaikan hati memberi mereka tempat dan ruang, menghaturkan segehan kepada mereka dan sekaligus terus-menerus mendoakan mereka agar mereka bisa keluar dari alamalam bawah. Begitu mereka keluar dari alam-alam bawah otomatis mereka tidak akan mengganggu kita lagi.
Sumber: Buku Samsara, Perjalanan Sang Atma, Karya Nyoman Kurniawan, Tahun 2014 (Bab 11)
Sumber: Buku Samsara, Perjalanan Sang Atma, Karya Nyoman Kurniawan, Tahun 2014 (Bab 11)
0 Komentar