Syarat dasarnya benar-benar sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya. Bahwa walaupun ada peluang-peluang ini, yaitu sadhana untuk memasuki alam-alam suci secara mandiri, ini hanya bisa dilaksanakan bagi atma yang dapat memiliki kontrol akan pikiran dan arah perjalanan dirinya. Walaupun mungkin tidak bisa sempurna, untuk dapat melaksanakan sadhana ini kita harus punya setidaknya suatu kadar kendali [kontrol] terhadap pikiran kita sendiri di alam kematian. Kalau tidak demikian, maka atma hanya akan terombang-ambing kesana kemari oleh arus karma dan samskara seperti layangan putus dihembus angin.

Dan kontrol ini sesungguhnya sangatlah sulit, kecuali kita sudah banyak melakukan pembinaan diri dan latihan semasa kehidupan. Karena kemampuan kendali ini dibentuk di masa-masa kehidupan dengan cara membina diri di jalan dharma, serta di detik-detik menjelang kematian dengan cara menyambut kematian dengan damai.

Tapi juga jangan terlalu khawatir. Bagi orang kebanyakan, asalkan dalam masa kehidupan cukup mampu mengendalikan diri serta tidak banyak melakukan pelanggaran dharma, akan ada saat-saat singkat dimana pikirannya tenang dan terkendali. Jadi kapanpun kita memperoleh kesadaran kita kembali [prasida teteg manahe], bahkan walalu hanya untuk sebentar saja, segeralah ingat semua pelajaran, semua sadhana dan semua latihan spiritual kita. Atau cepatlah ingat satguru atau ista dewata pengayom dan pelindung pribadi dan segera hadirkan mereka dengan segenap daya dan upaya.

Selain itu, bila dalam masa kehidupan kita telah mengembangkan suatu kebiasaan untuk rutin meditasi, japa mantra, sembahyang, dsb-nya, maka di alam kematian ini merupakan kebiasaan yang amatberguna. Karena memudahkan kita untuk masuk ke dalam meditasi atau mengundang kehadiran satguru atau ista dewata pengayom dan pelindung pribadi.