Kata Pengantar

Om Swastyastu,

Atas asungkertha waranugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, makalah yang berjudul  “Karakter Tokoh Dan Nilai-Nilai Dalam ( Brahma Purana, Vayu Purana, Markandeya Purana, Dan Brahmanda Purana )” dalam rangka memenuhi tugas Purana dapat diselesaikan dengan baik.
        
Mengingat demikian luasnya materi yang dibahas dalam buku-buku Purana, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu para pembaca karena di dalam makalah ini isi mengenai ruang lingkup Purana telah dipersingkat dalam bentuk ringkasan materi. Makalah ini  membahas empat nama Purana beserta karakter tokoh dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
       
 Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya sehingga melalui kesempatan ini kami mohon kepada para pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konduktif demi untuk penyempurnaan penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu para dosen dan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar.
         
Seperti yang  telah diuraikan di atas, maka melalui kata pengantar ini pula kami tim penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan penyempurnaan terus diupayakan. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini serta diiringi doa semoga Sang Hyang Widhi senantiasa memberikan waranugrahanya kepada umatnya.
Om Santi, Santi, Santi Om



Jakarta, 12 November 2014


                                                                                                         Penulis 

                                                            
Daftar  Isi

Cover..................................................................................................................................
Kata Pengantar...................................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Penulisan...................................................................................
1.2  Tujuan Penulisan................................................................................................
Bab II Ruang Lingkup Pembahasan
          2.1 Brahma Purana...............................................................................................
          2.2 Vayu Purana
          2.3 Markandeya Purana
          2.4 Brahmanda Purana
Bab III Pembahasan
          3.1 Nilai-Nilai dan Karakter Tokoh yang Terkandung dalam Cerita Purana..........
                a. Nilai Filosofis.................................................................................................
                b. Nilai Etika......................................................................................................
                c. Nilai Upacara..................................................................................................
Bab IV Penutup
          4.1 Kesimpulan........................................................................................................
          Daftar Pustaka



BHISMA PARWA

Medan Kuruksetra
Pasukan Pandawa bermarkas di bagian barat medan perang. Yudistira membuat markas untuk tentaranya di daerah sekitar danau Samanthapancaka. Arjuna dan Krsna meniup terompet kerang mereka. Prajurit pada kedua belah  pihak bertemu dan menetapkan peraturan yang harus ditaati oleh kedua pasukan. Pertarungan harus seimbang. Vyasa mengatakan bahwa semua pertanda buruk menunjukkan kekalahan dan kematian Kaurava dan keberhasilan Pandava. Sepuluh Aksauhini Kaurava disusun dalam formasi yang tangguh. Pasukan yang kesebelas dibawah pimpinan Bhisma yang memimpin di depan namun hanya satu yang tidak ikut bertarung yaitu Radheya karena ia sudah bersumpah bahwa ia tidak akan bertarung sepanjang Bhisma masih hidup. Duryudhana terlihat di tengah-tengah pasukan. Sikandhi juga berada di tengah-tengah pasukan sekarang, didukung oleh Arjuna.

Kesatrian Yudhistira
Seluruh pasukan terdiam dan terlihat seperti patung. Yudhistira tiba-tiba membuka tamengnya. Ia menjatuhkan semua senjatanya ke tanah dan berjalan menuju perkemahan musuh. Semua orang tak mengerti mengapa Yudhistira melakukan hal itu. Mereka semua berpikir bahwa Yudistira mengalah sehingga ia mendekati Bhisma untuk menghentikan perang. Setelah menemui Bhisma, Yudhistira mengumumkan pada kedua pasukan bahwa perang akan dimulai. Namun Yuyutsu, salah satu dari saudara Duryudhana datang pada Yudistira dan ia memilih untuk memihak pasukannya. Terompet kerangpun ditiup oleh kedua belah pihak. Bhisma melihat dari kejahuan Duryudhana memeriksa pasukan pada kedua belah pihak dan ia nampaknya berunding dengan Gurunya Drona. Bhima mengambil Paundra dan meniupnya. Suara terompet kerang yang bersamaan itu sangatlah keras dan surga dipenuhi dengan gema yang menakutkan.

Bhagavad Gita
Kereta arjuna telah menuju ke bagian depan pasukan. Arjuna mengarahkan pandangannya pada pemandangan yang menakjubkan. Ia melihat para ksatrya yang siap-siap untuk bartempur dan ia melihat di sana mereka yang sayang kepadanya. Ada kakeknya, guru-gurunya, paman-pamannya, saudara-saudaranya, putra-putranya dan teman-temannya. Ia telah membuang busur panahnya dan hatinya sangat sedih. Matanya dipenuhi dengan air mata kesedihan karena kasihan karena ia tidak tega membunuh orang-orang yang seharusnya dipujanya. Krsna kemudian memutuskan untuk membiarkan Arjuna memperoleh sekilas pandngan tentang kedewataan yaitu dirinya sendiri. Sesaat kemudian angan-angan Arjuna telah pergi dan Ia tak ragu lagi untuk bertindak sesuai perintah Krsna. Arjuna mulai mengangkat gandivanya. Kereta Arjuna yang keemasan mulai bergerak menuju dimana kereta perak Bhisma berada.

Awal dari Akhir
Perang sudah dimulai. Gerakan pertama dari Kurava dengan Bhisma pada barisan depan, Dussasana maju menuju pasukan musuh. Bhima segera menyerang pasuka Duryodhana. Ketika matahari tepat diatas pertarungan belum mereda. Bhisma maju kedepan menembus barisan pasukan dan ia bertemu dengan Arjuna. Pada saat sore akan segera menjelang malam pasukan Pandava telah banyak kehilangan prajuritnya. Abimanyu dengan sangat marah segera mendekati Bhisma. Akhirnya sebuah tombak yang tajam dilemparkan oleh Bhisma dan menembus tameng Sveta dan pangeran muda dari Virata ini tewas, terbunuh pada hari partama pertempuran itu. Hari pertama pertempuran telah berakhir Pandava telah banyak kehilangan banyak prajuritnya. Ksatrya-ksatrya yang tewas dipihak Pandava adalah Uttara, Sveta, putra-putra Virata.

Hari Kedua
Hari kedua perang yang menakutkan telah tiba. Genderang dipukul sekali lagi. Terompet ditiup sekali lagi pertanda pertempuran akan dimulai. Bhisma bertarung dengan Bhima, Abimanyu, Satyaki, Kekeya bersaudara, Virata dan Dhrstadyumna. Mereka semua tidak dapat menahan serangan Bhisma. Pasukan-pasukan jatuh secepat panah-panahnya. Arjuna melihat dari kejahuan. Krsna segera mengarahkan keretanya menuju tempat Bhisma berada. Arjuna melukai Bhisma dan Drona dengan panah-panahnya. Bhisma juga melukai dada Krsna dengan panahnya yang menakutkan. Arjuna membunuh kusir kakeknya begitu pula dengan Satyaki, ia membunuh kusir Bhisma dengan panahnya. Dengan kusirnya yang terbunuh Bhisma melarikan diri dari pertempuran. Matahari telah terbenam. Semua pasukan kembali ke tendanya.

Kemarahan Krsna
Dengan sekejap pertarungan dimulai. Pertarungan berlangsung dengant sengit. Kereta Satyaki dihancurkan oleh Sakuni. Satyaki melompat ke kereta Abimanyu dan melanjutkan pertarungan. Kemampuan Gatotkaca mulai terlihat hari ini. Bhima datang untuk bertarung dengan Duryudhana sekarang, musuh bebuyutannya. Semuanya senang melihat kereta arjuna yang mendekati Bhisma. Panji Bhisma jatuh dengan satu tembakan panah arjuna. Krsna yang agung merubah wujud manusianya dan memikirkan wujud kedewataannya. Ia sekarang menjadi penghancur yang agung Narayana. Krsna mengacungkan cakra ditangan kirinya dan datang berdiri didepan Bhisma. Arjuna berusaha menenangkan Krsna. Krsna dengan tenang naik ke keretanya dengan senyumnya yang lembut. Pasukan Kurava dihancurkan oleh panah-panah Arjuna. Pertempuran pada Hari ketiga sudah selesai. Pasukan Kurava sangat sedih melihat Arjuna yang beraksi sangat menakutkan.

Kekecewaan Duryudhana
Hari keempat pertarunga telah tiba. Bhisma memutuskan untuk bertempur sebaik mungkin dan menghancurkan setengah pasukan musuh. Bhisma mendekati Arjuna telebih dahulu. Raja Magadha mendekati Abimanyu dengan gajahnya yang sangat besar dan Abimanyu berhasil membunuh gajah itu. Tiba-tiba Bhima mendapati dirinya bertarung dengan Bhisma. Delapan saudara Duryudhana dibunuh Bhima dengan sesaat. Namun raja Pragjyotisa melemparkan tombak yang sakti pada Bhima. Bhima tak sadarkan diri karena tombak itu mengenai dadanya yang bidang. Melihat ayahnya tak sadarkan diri, Gatotkaca dengan gajahnya menuju Bhagadatta. Gatotkaca benar-benar menyapu pasukan musuh. Pasukan Kurava ditarik sesuai dengan keinginan pemimpin pasukan. Duryudhana sangat sedih karena kehilangan delapan saudara-saudaranya.

Hari Kelima dan Hari Keenam
Hari kelima peperangan itu telah dimulai. Pada awalnya Bima bertarung dengan Bhisma. Bhisma telah memulai penghancuran itu dan Arjuna segera mendekatinya karena hanya dia yang mampu menghadapi astra devata milik Bhisma. Kedua belah pihak mulai menguat. Pasukan Pandava yang dipimpin oleh Arjuna menyerang Bhisma, Drona dan Salya. Mendengar suara terompet kerang Krsna dan Arjuna, pasukan musuh terkejut dan ketakutan. Semua kstrya-kstrya di pihak Duryudhana berkumpul dibawah panji Bhisma. Ada pertempuran besar antara kedu pasukan itu. Asvatama bertarung dengan Arjuna. Arjuna memuji kemampuan Asvatama dan selama bertarung ia bisa meninggalkannya. Arjuna sangat sedih karena ia harus bertarung dengan kakeknya. Ia tak mau melukai gurunya dengan panah-panahnya. Ia membenci perang itu dan Duryudhana adalah penyebab semua itu. Hari keenam peperangan itu telah tiba. Pertarungan pertama adalah antara Bhima dan Drona. Bhima memutuskan untuk mumbunuh Duryudhana. Pada akhirnya Duryodhana tidak dapat melawan kemarahan Bhima dan ia pun tak sadarkan diri. Matahari telah terbenam, pasukan-pasukan ditarik mundur.

Usaha Shikandi yang Sia-Sia
Hari ketujuh perang telah dimulai. Nampaknya perang hari ini adalah perang antara beberapa pasangan duel. Arjuna mengeluarkan astra aindra dan panah-panah itu mulai dihujankan pada pasukan musuh. Pasukan itu berlari menuju Bhisma untuk mencncri perlindungan. Bhisma dengan cepat menuju Arjuna. Tak pernah mereka bertarung seperti ini pada pertarungan sebelumnya. Shikandhi dan beberapa yang lainnya datang untuk membantu Arjuna. Bhisma menghadapi dengan wajah yang tersenyum. Ia bangga dengan keberanian putra-putra pandu. Yudistira sangat marah pada Bhisma. Ia mengutus Shikandi untuk segera membunuh Bhisma karena Shikandi sudah bersumpah untuk membunuh Bhisma. Bhisma sepertinya berkonsentrasi pada Yudistira hari ini. Tiga bersaudara bertarung dengan Bhisma namun semua usaha yang telah mereka gabungkan tidak berhasil melawan Bhisma. Matahari sudah terbenam, maka peranng harus dihentikan. Shikandi tak bisa berbuat apa-apa. Sumpah bertarung dengan Bhisma nampaknya tidak akan pernah terjadi.

Keberanian Gatotkaca
Hari kedelapan peperangan telah dimulai. Pada mulanya ada sebuah pertarungan antara Bhisma dan Bhima. Bhima ingin membunuh saudara-saudara Duryodhana sebanyak-banyaknya. Ia membunuh delapan dari mereka satu persatu. Saat itu tengah hari, Pandava menyerang Bhisma dengan pasukan gabungan. Pasukan Pandava dibakar oleh Bhisma, Drona dan Asvattama. Terjadi kepanikan dalam pasukan Kaurava. Suara kemenangan terompet kerang ditiupkan oleh Pandava menunjukkan bahwa pasukan Duyodhana telah benar-benar dikalahkan oleh Gatotkaca. Duryodhana pergi menemui kakeknya dan memberitahunya tentang apa yang terjadi sejauh ini. Ia ingin Bhisma berangkat dan membunuh Gatotkaca. Bhisma bertempur sekali lagi dengan Arjuna. Duryodhana patah hati  karena dua puluh empat saudaranya telah dibunuh oleh Bhima. Matahari telah terbenam. Hari yang menakutkan telah dilaui. Para kstrya kembali ke tendanya. Kekalahan pada kedua belah pihak sangat banyak namun Pandava menang tanpa menyebutkan arjuna dan Abimanyu.

Malam di Tenda Bhisma
Duryudhana sangat sedih dan orang yang bisa menenangkannya adalah Radheya. Ia menceritakan semua masalahnya kepada Radheya. Radheya mau bertarung dengan Pandava jika Bhisma meletakkan senjatanya. Duryodhana segera pergi ke tenda kakeknya. Ia duduk di dekatnya setelah memberikan hormat padanya. Bhisma terluka oleh kata-kata Duryodhana. Delapan hari telah berlalu. Radheya secara bertahap mempersiapkan dirinya untuk menghadapi siksaan yang menyakitkan yang telah menunggunya karena jika Bhisma meletakkan senjatanya besok ia harus perang namun Radheya kini mencintai Pandava dengan cinta yang lebih agung dari cinta Bhisma pada mereka tetapi ia tidak bisa mengatakan hal ini pada siapapun. Radheya berdoa demi kebaikan nama baiknya dan juga untuk kematiannya di medan perang.

Bhisma-Api Membakar Hutan
Hari kesembilan dari peperangan itu telah tiba. Duryodhana sangat bersemangat karena kakeknya berjanji untuk untuk bertarung dengan baik hari ini. Pertarungan ini dimulai dengan Abimanyu yang menyerang pasukan Duryodhana. Kemudian Duryodhana memangil Alambhusa dan memintanya untuk menantang Abimanyu. Arjuna bergabung dengan putranya. Cara Arjuna bertarung membuat Drona terharu dan meneteskan air mata. Ia bangga pada muridnya dan ia harus bertarung melawannya. Kemarahan Bhisma meningkat, pasukan Pandava dihancurkan dalam waktu yang cepat. Dengan panah-panahnya Arjuna memotong panji Bhisma. Krsna jengkel dengan kelembutan arjuna. Ia mengeluarkan cakra dari tangan kirinya dengan kesal dan wajahnya dipenuhi dengan kemarahan. Ia berdiri di hadapan Bhisma. Arjuna sangat ketakutan. Ia memohon pada Krsna untuk tidak membunuh Bhisma. Malam telah turun dan pertarungan harus dihentikan.

Pandava Bersujud di Kaki Bhisma
Yudhistira tidak bisa berkata-kata dalam kesedihan. Ia tidak bedaya melawan kemarahan Bhisma. Yudhistira merasa sangat bersalah pada saudara-saudara dan pasukannya karena banyak pasukannya yang menderita karena serangan panah-panah Bhisma. Krsna mencoba menenangkan Yudhistira karena Krsna sangat sayang pada Yudhistira. Mata Yudhistira penuh dengan air mata. Pada suatu malam Pandava memasuki tenda Bhisma dan mereka memberi hormat padanya. Bhisma pun merasa senang melihat mereka datang. Mereka datang ke tenda Bhisma dengan tujuan untuk menanyakan bagaimana mereka bisa menang dalam perang ini jika Bhisma masih hidup. Yudhistira sangat sedih mendengar perkataan Bhisma karena Bhisma merelakan dirinya untuk dibunuh cucu-cucunya. Bhisma menitihkan air mata kebahagiaan dan Pandava terharu dengan air mata Bhisma. Pandava kembali ke perkemahan.

Shikandi di Barisan Depan
Hari kesepulh telah tiba. Hari itu adalah hari yang berbahagia bagi Bhismakarena ia akan mati pada hari itu. Arjuna sangat sedih tetapi ia memutuskan untuk bertindak. Pandava menyuruh Shikandi untuk memimpin pasukannya ke depan. Semua telah siap untuk menghadapi peperangan itu. Pandava memutuskan bahwa Bhisma harus mati hari itu. Pasukan Kurava dipimpin oleh Bhisma seperti biasanya. Panah-panah Bhisma mulai berhamburan dari busur Bhisma. Shikandi mendekati Bhisma dan menantangnya. Bhisma tersenyum mengejek Shikandi. Shikandi menembakkan lima panah dan tajamnya pada Bhisma dan melukainya. Kaurava sedang merasakan bahaya yang sedang mengancam Bhisma. Pasukan dari kedua belah pihak mendekati kereta Bhisma karena hanya hal itulah yang berati bagi kedua Pasukan. Pertanda-pertanda tidak menunjukkan hal yang baik bagi Kaurava. Asvattama segera menuju tempat dimana Bhisma berada untuk menyelamatkan Bhisma dari kepungan Pandava.

Kalahnya Bhisma
Tiba-tiba Bhisma muak dengan peperangan dan rantai pembunuhan yang sangat panjang. Bhisma menyuruh Yudhistira untuk segera mumbunuhnya karena ia telah kehilangan keinginan untuk hidup. Yudhistira meminta saudara-saudaranya untuk menyuruh Shikandi berhadapan dengan Bhisma sekali lagi. Shikandi behadapan dengan Bhisma. Arjuna dibelakang Shikandi. Dalam benaknya Bhisma melihat Kunti dengan kesedihan di matanya. Krsna telah memperhatikan wajah Bhisma.Shikandi  mulai menembakkan panah-panhanya pada Bhisma. Bhisma tidak akan melawan. Dengan bibirnya yang terkatup agar tangisannya tidak terdengar. 

Arjuna menembakkan panahnya satu per satu pada Bhisma. Arjuna sangat membenci dirinya sendiri dan Yudhistira tidak bisa melihat karena air mata yang membutakan matanya. Tubuh Bhisma dipenuhi dengan panah. Bhisma merasa senang karena ia telah dilukai oleh Arjuna dan bukan orang lain. Di tengah-tengah kegelisahannya Bhisma terbaring dengan mata tertutup, bersiap-siap untuk menunggu akhir hidupnya. Pandava dan Kurava semua berdiri mengelilinya dengan kepala tertunduk dan dengan penuh air mata. Malam telah tiba. Duryodhana duduk di sisi kakeknya. Bhisma mengatakan pada Duryodhana bahwa ia harus menghentikan peperangan ini. Melihat sangat menderita semuanya meninggalkannya satu persatu, setelah memberinya hormat dan menyentuh telapak kakinya. Sesaat kemudian Bhisma menutup matanya dan pikirannya tertuju pada dunia yang lebih tinggi. Ia melupakan semua penderitaan di dunia ini.

Radheya dan Bhisma
Radheya tercengang ketika ia mendengar bahwa Bhisma telah kalah. Dia hanya duduk berdiam di tendanya. Pada saat itu juga datanglah Duryodhana. Kedua sahabat ini saling memeluk. Radheya mempertaruhkan hidupnya demi Duryodhhana karena ia sangat berarti baginya. Radheya dengan langkah cepat dan diam-diam menuju tempat dimana Bhisma terbaring. Ia bersujud dikaki Bhisma yang agung dan ia memeluk kakinya dengan tangannya. Radheya sangat sedih melihat tubuh Bhisma dipenuhi dengan panah. Bhisma membuka matanya . Orang tua itu memeluknya dan mengucapkan selamat tinggal dan Rhadeya pun segera kembali ke tendanya dan dengan cepat berbaring di samping Duryodhana. Mereka kembali tertidur hingga matahari kembali ke ufuk timur menyaksikan hari berdarah lainnya.

Karakter tokoh

Ø  Yudhistira     :  1. Jujur
                          2. Tegas
                          3. Lemah lembut
                          4. Menghormati orang yang lebih tua

Ø  Bhima           :  1. Teguh pendirian
                          2. Peberani
                          3. Optimis dalam menghadapi sesuatu

Ø  Arjuna           :  1. Pemberani
                           2. Tegas
                           3. Bertanggung jawab
                           4. Penuh kasih sayang

Ø  Nakula           :  1. Bijaksana
                           2. pemberani
                           3. Baik hati

Ø  Shadeva         :  1. Bertanggung jawab
                           2. pemberani
                           3. mengutamakan kepentingan bersama

Ø  Krsna              :  1. Pemberani
                           2. Pelindung
                           3. Bijaksana

Ø  Duryodhana  :  1. Serakah akan kekuasaan
                           2. Licik
                           3. Angkuh
Ø  Sakuni      :  1. Licik
                     2. Jahat
                     3. Berusaha mencari keuntungan dari penderitaan orang lain

Ø  Bhisma     :  1. Cerdas
                     2. Bijaksana
                     3. Membela kebenaran
Ø  Drona       :  1. Bijak
                     2. Licik
                     3. Mementingkan diri sendiri

Ø  Gatotkaca : 1. Berhati lembut
                      2. Teguh pendirian
                      3. Rela berkorban


Nilai-nilai yang terkandung dalam Bhisma parva

Ø  Nilai filosofi : 
1.      Krsna menunjukan jati dirinya didepan Arjuna sebagai wujud kedewataan.
2.      Dewa Visnu menjelma menjelma sebagai Krsna (Krsna avatara).
3.      Percaya adanya Brahman.

Ø  Nilai etika :
1.      Yudistira meminta ijin kepada sesepuhnya (Bhisma, Drona, dan Salya) untuk bertarung dengannya.
2.      Yudistira bersujud dikaki Bhisma sebelum perang dengannya.
3.      Arjuna merasa tidak baik jika harus membunuh keluarganya sendiri yang seharusnya ia puja, karena itu sebuah dosa.
4.      Pandava memberi hormat kepada Bhisma saat masuk ke tendanya.

5.      Pandaa bersujud dikaki Bhisma dengan matanya yang basah dan kepala mereka yang tertunduk.