1.      SUGRIWA MENGIRIM HANUMAN KEPADA RAMA

Sugriwa sedang duduk pada salah satu puncak perbukitan dan ada empat ekor kera bersamanya. Dari tempat itu ia bisa melihat tempat dibawahnya dan matanya yang besar itu memandang Rama dan  Lakmana yang baru saja tiba di kaki pegunungan itu. Kemudian datanglah orang asing. Mereka ketakutan dengan kedatangan orang asing itu dan mereka bersembunyi di sebuah gua.
            
Sugriwa melihat di sekelilingnya dan ia kelihatan Nampak ketakutan. Ia sangat  tahu tentang kehebatan kakanya, Vali dan kekurangan dirinya juika dibandingkan dengan Vali. Lalu dengan suara yang bergetar ia berkata:” Aku yakin, dua orang ini dikirim oleh Vali. Karena kalau tidak, mengapa mereka bisa melewati hutan yang tidak bisa ditembus ini?. Mereka berpakaian seperti para sanyasi namun itu hanya samara saja. Karena mereka membawa busur dan anak panah. Tidak ada tapasvin seperti itu. Ayo kita cari tempat yang aman untuk bersembunyi.”
            
Setelah itu Sugriwa mengirim Hanuman kepada Rama. Hanuman adalah putra Vayu, dewa angin, melakukan perintah tuannya dan segera berkata ketempat dimana Rama dan Lakmana berada. Karena tidak mengetahui orang asing itu. Hanuman memutuskan untuk menyamar menjadi seorang barahmacari. Dari puncak gunung ia mencapai kedua orang asing itu dengan cepat karena ia melompat dari pohon ke pohon dan dari batu ke batu karaang yang lainnya. Kemunidian ia menemui Rama dan Laksmana dan menyambut kedatangan mereka dengan kata-kata yang manis dan cara yang baik.

2.      TERJALINNYA SEBUAH PERSAHABATAN

Sugriwa sangat senang karena mereka bukan urusan Vali. Ketakutannya hilang dsn ia pun menyambut Rama dengan penuh perhatian. Ia berkata: Hanuman, putra Vayu ini, telah memberitahukan tentang kalian dan kehebatan kalian. Kalian merupakan terror bagi musuh-musuhmu. Pernyataan bahwa kalian mau menjalin persahabatan denganku adalah sebuah kehormatan yang di berikan padaku. Aku piker ini adalah keutungan terbesarku bahwa kalian sudah bersedia datang padaku untuk menjalin persahabatan denganku. Ini adalah uluran tanganku yang aku ulurkan dengan penuh hormat. Terimalah isyarat cinta ini. Biarkan jalinan kekeluargaan yang tidak terpatahkan yang terjalin di antara kita. “Rama menyambut uluran tangan Sugriwa itu dan kemudian melakukannya. Sementara Hanuman telah merubah penyamarannya sebagai seorang brahmana ketia ia akan menemui Sugriwa.
            
Kini mereka tampak seperti kawan baik yang lama berpisah demikianlah perhatiannya satu sama lain. “Kau telah menjadi teman baikku. Mulai sekarang kita berbagi segalanya, apakah itu kebahagiaan maupun kesedihan. Itulah perkataan mereka satu sama lain. Sugriwa mematahkan sebuah batang pohon sala yang terdekat dan mematahkannya di atas tanah. Ia kemudian mempersilakan Rama duduk disampinnya. Sedangkan Hanuman yang bijak segera mengambil sebuah cabang pohon candana dan mempersilakan Laksmana duduk diatasnya.

3.      VALI DAN SUGRIWA

Sugriwa memeluk Rama dengan penuh rasa persahabatan dan berkata: ”Aku akan menumpaahkan kesedihanku padamu. Aku sudah di usir dari negeriku oleh kakaku yang angkuh. Mereka yang setia padaku di penjarakannya. Ia juga mengutus beberapa ekor kera tetapi berhasil aku bunuh. Semula Aku berpikir bahwa kau juga diutusnya untuk membunuhku. Demikian takutnya aku padanya hingga aku tidak bisa menymbutmu di Rsyamuka ini. Semua aku yakin kedatanganku adalah untuk membunuhku. Busur dan anak panah yang kau bawa membuatku lebih curiga. Vali adalah kakaku, ia adalah anak kesayangan ayahku dan akupun sangat menyanginya. Aku selalu setia padanya. Setelah kematian ayahku dia pun dinobatkan menjadi raja kera ia aadalah anak tertua. Aku adalah pelaayaannyaa dan Aku selalu menuruti perintahnya dalaam haal apapun. Namun setelah kepergian Ayahku dan ia dinobatkan menjadi raja kera ia menjadi angkuh dan ingin menguasai semuanya.  Namun Aku tidak mau membalasnya karena ia adalah kakakku tapi ia tidak pernah memperdulikanku.
           
“Aku berusaha memberitahukannya bahwa aku akan setia bersamanya hingga akhir hayatku namun semua itu tidak berguna ia lalu mengusirku dari kerajaan dan Aku tidak punya sejengkal pun tanah yang bisa aku katakana untuk jadi miliku. Kemudian Aku mengembara keseluruh dunia hingga akhirnya sampai di Rsyamuka ini. Vali tidak bisa kesini karena ia kutukan dari seorang rsi jadi aku merasa aman berada di sini. Rama, aku sudah memberitahu semua tentang aku dan itu adalah cerita yang menyedihkan. Bahkan dalam waktu yang lama ini, jika aku mengingat kejadian itu, semuanya masih terasa segar dalam benakku dan aku tidak pernah bisa melupakan penderitaan menghina yang aku alami selama melayani kakaku yang aku anggap sebagai ayahku sendiri”.
            
Kini Sugriwa menangis sejati-jatinya dan kini giliran Rama untuk menenangkan hatinya dan member jaminan bahwa Vali akan segera mati olehnya.

4.      KEHEBATAN VALI

Didalam pertemuan Dunduhi dan Vali. Terjadilah pertarungan yang dasyat. Masing-masing sangat sakti, dan ketika pertarungan itu di lanjutkan asura itu mulai terdesak. Vali berhasil mengangkat dan melemparkanya ketanah. Karena kerasnya dibanting sehinga asura pun tewas seketika. Darah mengalir daari kaki dan tangannya yang hancur dan juga mulutnya. Kemarahan Vali belum juga terlampiaskan. Ia mengangkat asura yang bertubuh besar itu seperti mengangkat segenggam lumpur dan melemparkannya jauh-jauh. Mayat itu terlempar jauh dari gerbang Kiskindha.

5.      SUGRIWA MERAGUKAN KESAKTIAN RAMA

Sugriwa berdiri dan menoleh Rama lalu berkata:”Rama, sebangaimana seperti yang aku katakan sebelumnya. Kakakku sangat sakti. Para asura pun takluk padanya dan ia belum pernah dikalahkan dalam sebuah pertempuran. Bahkan para Dewa pun takluk takjub pada kesaktianya. Dan semua keberhasilan itu telah membuatnya menjadi sombong dan ketaakutan yang terus menerus yang membuatku tidak bahagia.  Aku telah mendapatkan sahabat yang baik sepertimu. Dan aku datang untuk mendapatkan perlindungan denganmu. Jangan pernah berpikir walaupun sedetik. Bahwa aku menguji  kekuatanmu atau aku menghinamu dengan memperlihatkan kehebatanmu. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya dan ketakutankulah yang membuatku demikian”.

Rama lalu memeluk Sugriwa dan dengan sebuah senyuman pada Laksmana. Ia berkata:”Ayo brangkat ke kiskindha sekarang juga. Sugriwa kau brangkat duluan dan tangtanglah kakakku untuk bertarung denganmu”.

Mereka segera brangkat menuju kiskindha. Di tenggah hutan lebat Rama dan Laksmana menyembunyikan dirinya di belakang pohon dan berdiri menunggu. Sugriwa sudah bersiap-siap untuk bertangung. Ia lalu pergi ke gerbang Kishkinda dan menangtang Vali dengan gertakan yang keras.

6.      TERBUNUHNYA VALI.

Vali mendengar triakan Sugriwa dan sebagaimana biasa ia pun murka. Ia  tidak sanggup mendengar triakan Sugriwa yang memanggilnya untuk bertarung denganya. Ia melompat dari tempat duduknya dan dengan langkah yang panjang ia mulai keluar kearah Sugriwa. Pertarungan yang amat dasyat pun terjadi. Mereka saling memukul dengan tinjuan. Vali menggunakan tijuan dan Sugriwa mencabut sebatang pohon salad an memukul vali dengan batang pohon itu. 

Sementara itu Rama menonton perkelahian itu. Barangkali ia berharap sugriwa bisa melawan Vali. Ia memegang busur di tangan kirinya dan busur itu sudah di pentangkan. Rama mulai melihat Sugriwa bertarung dengan tidak baik; ia sudah kalah dan Rama mengambil anak panah . ia memegangnya dengan cukup lama. Ia berfikir tentang noda yang akan merusak namanya jika ia melakukan rencana ini.  Dan ia memasangkan anak panah di busurnya. Ia menarik dawai panah itu dan melepaskanya kea rah Vali.

Suara yang di timbulkan oleh suara itu amat menakutkan. Sewaktu panah itu meleset, berkilauan bak halilintar, meleset cepat bak Guntur dan memasuki dada Vali dan menancaab disana. Vali tersungkur di tanah terluka oleh panah sang Rama itu. Ia jatuh bagai indradhanu di bulan Asvayuja ketika di dorong ke bumi setelah pesta Dewa Indra.

7.      KECAMAN VALI PADA RAMA

Rama kemudian mendekati Vali yang di ikuti dengan Laksmana. Vali sudah mulai sadar dan ia melihat dua orang mendekatinya. Ia menuggu keduanya lebih mendekat. Rama kemudian berdiri disana satu tangannya memegang busur dan tangan yang satunya melepaskan Dawai panahnya. Vali kemudian berkata:”Aku bertarung denga sudaraku. Ketika aku sedang asyik dalam pertarungan. Aku dipanah dadaku daari arah yang tidak aku ketahui. Katakanlah bagai mana hal ini kau anggap benar dengan orang yang tidak menangtang bertarung? Aku tidak punya perselisihan denganmu tapi dengan bersembunyi di balik pohon, kau sudah menyerangku. Dengan tujuan apa hal ini? Apa yang kau dapatkan dari hal ini?kau adalah anak dari seorang maharaja, terlahir dari seorang raja yang terhormat, kau juga memiliki sifat yang agung, baik dan mulia. Mereka bilang kau hebat. Kau dikatakan peduh kasih sayang dan gudangnya kebaikan dan murah hati. Kau juga mengetahui semua aturan susila dan selama ini kau juga dikatakan selalu mengikuti ajaran Dharma.

Rama dengan sabar mendengarkan kecaman vali. Raja kera itu baru saja mengatakan hal yang bbenar menurut dharma, yang adil dikatakannya dengan sopan. Tidak ada kata-kata kasar yang keluar dari bibir Vali ketika ia mengatakan hal itu. Rama memandangi Vali dengan cukup lama. Ia Nampak seperti surya yang sinarnya redup, seperti awan hujan yang tiada airnya, sepewrti api yang telah padam.

8.      RAMA MEMBENARKAN TINDAKANNYA

Setelah itu Rama berkata:” Raja kera, cukuplah kau meratap. Tindakanku tidak melanggar etika. Kami tidak suka bertindak sesuka hati menjadi sasaranku di balik pepohonan itu dan aku melepaskan sebuah anak panah kepadamu. Ingatlah kau adalah seekor binatang dan aku adalah Rajarsi yang akan selalu membunuh binatang buas yang merugikan keselamatan masyarakatnya, dengan memasangkan jerat dan dengan beberapa jenis jebakan.  Apakah kau berdiri di depanku atau tidak, aku tetap menganggapmu sebagai binatang buas dan akupun memperlakukanmu begitu. Aku tidak pernah berfikir bahwa aku berbuat salah.”
            
Vali merenugi kata-kata Rama mempertahankan perbuatanya dan ia pun yakin bahwa Rama brtkata benar. Ia pun berhenti mencari-cari kesalahan Rama. Iapun mencakupkan tangannya dan berkata:”Dewa dari para dewa, aku tunduk dengan kata-katamu. Karena kebodohanku tentang sifat sejatimu.  Aku telaah berkata kasar kepadamu. Aku mohon kau berkenan memaafkan aku atas semua kata-kata kasarku. Dan hal itu tidak perlu di pertanyakan lagi. Berkatilah sebelum aku pergi, Rama dan maafkanlah aku. Suara Vali tersendat oleh air matanya dan ia pun memandang Rama dengan penuh perasaan.

9.      KESEDIHAN TARA

Tara melihat sebuah anak panah menusuk dada suaminya dan ia berulang-ulang memeluk suaminya. Air mata Tara tidak tertahankan meliah suaminya dan ia berkata:” Aku Tara, suamiku!!” tangisnya.”Aku adalah istri tercintamu.mengapa kau tidak menyaaut? Ayo ikutlah denganku dan kita kembali keistana. Mengapa kau tidak mendengarkanku supaya kau tidak bertarung dengan Sugriwa mungkin kau tidak akan meninggal. Mungkin merupakan sebuah takdir kau menjadi korban kelicikan adikmu. Namun Angada yang tidak pernah tahu bagai mana sebuah kesulitan itu, sekarang akan menjadi pelayan Sugriwa dan aku tidak tahu bagaimana ia akan memperlakukannya. Aku takut.

“Vali tuanku, mengapa kau tidak mendengar kesedihandan suaraku? Secepat itu kau melupakan aku?”

Tara menangispilu dan sangat menyedihkan untuk dilihat. Berulang-ulang memanggil Valid an meminta agar Vali tidak meninggalkan dirinya dan anaknya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan berpuasa hingga mati. Hanuman kemudian mendekatinya dan berusaha menghibur Tara.

10.  PENOBATAN SUGRIWA DAN ANGADA

Rama kemudian memandang sekelilingnya dan pada Laksmana. Ia lalu berkata: “ Sugriwa bulan ini adalah Sravana, bulan pertama di musim hujan. Akan bersama laksmana akan beberapa saat di pegunungan ini selama empat bulan dimana hujan akan terus menerus. Aku akan bahagia di dalam goa pegunungan ini. Pergilah ke kota. Jika bulan Kartika tiba, dimana hujan berhenti kau bisa mempersiapkan diri untuk memenuhi janjimu padaku. Sekarang pergilah ke Kishkinda dan terimalah tahta itu.”

Sugriwa kemudian pergi ke kota dan untuk dinobatkan menjadi raja. Pada saat yang sama ia juga menobatkan Angada menjadi Yuvaraja dan memluknya dengan penuh kasih sayang. Sugriwa bersatu kembali dengan istrinya dan ia pun menghabiskan hari-harinya bahagianya sebagaai raja di Kishkanda.

11.  RAMA DAN LAKSMANA DI HUTAN PRASRAVANA

Rama menghabiskan musim hujan di Prasravana, Rama lalu brangkat menuju pegunungan yang bernama Prasaravana. Kedua bersaudara itu mengembara di tempat itu dan akhirna menemukan sebuah gua yang luas dan menyenangkan. Mereka memutuskan untuk tingal di dalam gua itu untuk sementara selama musim hujan.

Rama menghabiskan musim hujan di Prasaravana, dengan Laksmana yang menjadi temennya. Ia sangat senang dengan tempat yang ia pilih itu. Di sekeliling tempat itu terdapat pepohonan yang indah dan semak berbunga yang menjalar disekitarnya. Alam terlalu boros dengan kecantikan dab kemana pun mata memandang, yang terlihat hanyalah keindahan. Rama sangat menguji tempat itu dan ia pun menunggu dengan tidak sabar agar musim hujan segera berlalu. Malamnya ia tidak bisa tidur karena memikirkan Sita dan pikiranya tidak bisa tenang laksmana berusaha menghibur kakanya yang selalu sedih.

12.  KETIDAK SABARAN RAMA

Musim hujan telah berlalu. Langit cerah dan dimalam hari bulan bersinar terang Rama sadar, bahwa waktu yang di tentukan Sugriwa telah berlalu. Langit dan udara yang berhembus di sepanjang Prarsravana menambah kepedihannya kepada Sinta yang tidak ada di sisinya dan rama menjadi putus asa. Ia berulang-ulang jatuh pingsan dan tersadar lagi dan pikirannya selalu tertekan ketika lasmana harus pergi mencari buah-buahan dan umbi-umbian. Ketika Lasmana kembali air mata Rama pun berlinang di wajahnya. Ia sangat bersedih karna telah meninggalkan dalam kesendiriannya.

13.  KEMARAHAN LAKSMANA

Laksmana melihat pasukan kera berbaris keluar gerbang kota. Dalam dirinya bangkit amarah, kedua matanya merah, ia teringat kakanya yang sendirian di dalam gua dan sambutan yang diterima ketikanya ketika memasuki grebang kota Kiskindha.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya karena lidahnya terhenti di langit-langit mulutnya Laksmana kemudian memandangnya kemudian berkata: ” Angada, sampaikan kedatanganku pada sugriwa. Katakan padanya:” Adiknya Rama, sang penghancur musuh menunggunya di depan pintu. Ia datang sebagai utusan temanku Rama, yang sedang tenggelam dalam kesedihan juka ada rasa dharma di hati rajamu, maka biarkan ia melakukan apa yang di inginkannya Angada ulangilah kata-kataku itu pada rajamu  dan berikanlah aku jawaban. 

Angada merasa ketakutan dengan kataa-kata Laksmana. Ia bergeges ke tempat pamannya dan member taunya:”Laksmana ada disini, “wajah Angada yang Nampak hanya ketakutan. Ia bersujud di depan Sugriwa dan ibunya, kemudian ia mengulangi kata-kata Laksmana. Raja yang mala situ belum sadar akan bahaya akan menecamnya. Ia mabuk berat sehingga ia tidak dapat membuka matanya. Keributan oleh suara itu di dengar oleh seluruh istana. Sugriwa baangkit dari mabuknya dan membuka matanya. Selanjutnya Lasmana di beri printah masuk ke dalam istana dan dengan penuh hormat ia di persilakan masuk dan disepanjang pintu ia diberi hormat, mereka juka takut dengan kerut wajah kemarahan Lasmana.

14.  LAKSMANA DITENANGKAN HATINYA

Setelah mendengar suara busur dari Laksmana, Sugriwa gemetar ketakutan. Dalam hatinya dia berfikir “Laksmana telah datang sebagaimana yang dikatakan oleh Angada. Aku tidak berani menghadapinya. “ Ia kemudian menoleh pada Tara dan berkata “Tara, Laksmana sangat lembut sifatnya, dan mudah ditenangkan hatinya. Tapi kemarahannya membuatku takut. Lalu mengapa ia mengutus Laksamana dengan wajah yang penuh marah?. Tara pergilah padanya dan cari tau apa yang membuatnya tidak senang dengan persaudaraannya denganku. Berbicaralah dengan lembut agar kemarahannya bisa lenyap.

Tara kemudian meninggalkan ruangannya dan melangkah menuju ruangan dimana Laksmana menunggu Sugriwa. Langkahnya tersendat-sendat dan matanya setengah tertutup dalam kemabukan, karena takut dia pun mendekati Laksmana dengan keinginan untuk menenangkannya. Kemudian Tara mulai berbicara padanya. Kata-kata Tara begitu tegas dan diucapkan dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat kemarahan Laksmana agar sedikit reda. Dia berkata “Selamat datang, pangeran. Katakannlah apa penyebab kemarahanmu. Siapa yang  telah membuatmu tidak senang hingga kau mendadak marah seperti ini?’’.  Tara terus berusaha berbicara untuk menenangkan Laksmana.

Laksmana mendengar kata-kata yang mencoba menghiburnya, dan akhirnya ia mulai sadar kalau Tara berbicara benar dan iapun memandangi Sugriva. Matanya kini mulai lembut dan ia telah melupakan semua kemarahannya.  Dengan  nafas lega, Sugriwa terlepas dari ketakutan yang terasa membungkusnya seperti seseorang yang ditutupi pakaian basah. Akhirnya, kini ia tenang dan sadar sepenuhnya.

15.  AWAL PENCARIAN SINTA

Sepuluh hari telah berlalu dan pasukan kera telah berkumpul dan bersiap untuk brangkat. Sugriwa kemudian memanggil salah seorang komandan pasukan yang bernama Vinata dan menyuruhnya mengambil alih sebagian pasukan untuk mencari kearah timur. Sugriwa kemudian memutuskan untuk mengutus Hanuman kea rah selatan dan pemimpinya adalah Angada yang mempunyai sedikit pasukan. Sugriwa kemudian mengundang Susena, Ayah Dewi Tara. Ia memperkenalkan pada Rama dan menambahkan Susena adalah komandan pasukan yang paling cepat.

Setelah menjelaskan tugas masing-masing komandan. Sugriwa meminta Hanoman mendengar intruksi khususnya. Hanoman melakukan segala persiapan untuk perjalananya ia bangaikan bulan yang Nampak di atas langit yang cerah di kelilingi oleh ribuan bintang-bintang. Ucap terakhir Rama padanya:”Hanuman ingatlh aku menggantungkan segalanya padamu buatlah segala usaha sehingga kau berhasil menemukan tempat Sinta berada. Sugriwa kemudian meminta semua pasukan untuk bergegas ke arahnya masing-masing. Dan bergerak mencari arah yang telah di rundingkan tadinya.

16.  KELOMPOK PASUKAN YANG BERTUGAS KESELATAN

Mereka memulai pencarian dan tempat pencarian mereka bernama pegunungan Rajata. Karena warnanya yang ke perakan makannya dinamakan demikian. Mereka kemudian menuju puncak pegunungan itu tidak satupun mereka melihat  tempat persembunyian. Kemudian mereka memutuskan untuk beristirahat dan mencari sebuah gua. Ketika mereka sedang berkeliaran di dalam  gua itu, mereka melihat seorang wanita. Dia adalah seorang petapa yang berpakaian kulit kayu dan kulit rusa. Mereka berdiri dengan tenang sambil melihat wanita itu tanpa berkata-kata.  Wanita itu member petujuk kepada mereka tentang Sinta.Angada kemudian memimpin yang lain menuju tempat yang telah ditujukan oleh wanita suci itu. Mereka memakan buah-buahan yang lezat sehingga rasa laparnya hilang. Wanita itu memberikan air dan anggur untuk dijadikan bahan santapannya.

17.  KEPUTUSAN PARA VANARA

Angada memimpin siding itu dan berkata:”Sebagaimana yang telah kalian ketahui kita telah diutus untuk melakukan pencarian ini. Kita tidak berhasil menjalankan tugas dan juga tidak menepati waktu yang diberikan kepada kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kalian adalah pejabat-pejabat kepercayaan raja. Kalian amat dihormati oleh beliau. Sungguh malang aku tidak bisa mendapatkan cara untuk menghindari takdir. Kalian adalah para pahlawan dan telah dipilih untuk melakukan pencarian kearah selatan beliau yakin bahwa Sita berada disini. Aku lebih baik mati secara suka rela disini dari pada aku mendapatkan hukuman dari raja kita. Ia akan mengambil kesempatan ini dan menghukumku seberat mungkin. Tidak ada orang yang bisa menolongku dan teman-temanku tentu saja tidak berdaya melihat diriku di hokum. Aku memutuskan untuk menghindari hal itu dan menghakiri hidupku di tempat ini.

“Aku memutuskan untuk tidak akan kembali ke Kiskindha. Mari kita tinggal disini dan meninggalkan alam ini. Jika ada yang mau bergabung denganku silakan. Aku sudah siap melakukan Prayopavesa (puasa hingga mati). Jika kalian mau pergi kesana silakan kalian pergi. Tolong sesampainya disana beri hormat pertama kali kepada pangeran Kosala lalu pada pamanku, sang raja. Beritahu mereka tentang diriku, beritaukanlah Rama kemudian ibuku, Tara. Terserah kalian menghiburny, beliau sungguh malang. Beliau tidak akan sanggup menerima berita ini dan barang kali beliau akan mati setelah mendengar kematianku. Kini Angada menangis dan para sesepuh memandang dengan iba pada pangeran muda ini.

18.  SAMPATI, SANG RAJAWALI TUA.

Dalam sebuah gua terdekat hiduplah seekor burung rajawali yang besar bernama Sapati. Ia terkenal pada umurnya yang sutah tua dan kehebatanya pada saat masih muda. Sapati adalah kakanya Jatayu. Semua pasukan Angada melihat Rajawali yang besar itu setelah itu Angada teringat rajawali yang bernama Jatayu. Rama sudah melakukan semua tugasnya terhadap Jatayu. Angada berkata sepotong-sepotong dan burung itu mendengarnya. Ia tidak bisa mengikuti alur ceritanya dan dibingungkan oleh banyaknya nama yang mengiasi cerita panjang yang bernama rama namun ia mendengar beberapa kali nama Jatayu yang disebutkan dan ingin tau tentangnya. 

Pada mulanya kera-kera itu curiga. Mereka tidak mau  mempercayai rajawali itu. Namun pageraan yang berhati mulia itu, Angadamendekati burung itu dan berbicara denganya ia menceritakan tentang  ayah dan pamannya, ia menceritakan tentang kedatangan rama dan perubahan nasib banyak orang oleh pembuangan Rama.  Ia menceritakan dengan  terperinci tentang burung rajawali yang bernama Jatayi.

Kemudian sapati berkata:”Teman, aku sangat sedih dengan cerita yang tadi aku dengar. Rajawali Jatayu yang dibunuh oleh Rahwana itu adalah adikku. Aku mungkin sudah terbang dengan amarah menuju tempat Rahvana untuk membalaskan dendam adikku. Tapi aku tidak berdaya karena usiaku dan aku telah kehilangan kedua sayapu. Itulah sebabnya aku diam hanya menangisi kematian sudaraku iti tanpa melakukan apa-apa” . sapati menangis tersedu-sedu dan para kera datang mendekatinya, mereka semua berdiri mengelilingi, dipenuhi oleh rasa ingin tahu. Sapati melihat mereka, Angada dan para pemimpinya seperti Hanuman, ia kemudian menceritakan kisah hidupnya.

19.  BAGAIMANA MENYEBERANGI LAUTAN?

Para kera tersebut telah mendapatkan harapan baru dan mereka harus merencanakan bagaimana caranya menyeberangi lautan itu. Mereka melompat-lompat kegirangan dan membayangkan Sita sudah ditemukan dan terbayang bahwa mereka telah pergi ke Kiskindha dengan membawa kabar gembira. Mereka turun dari tempat dimana mereka bercakap-cakap dengan sampati menuju pinggir lautan. Mereka berkumpul disana dan berdiri memandangi lautan, diam, sunyi, karena rasa gembira mereka telah berkurang perlahan-lahan dan padam samasekali ketika melihat hamparan laut yang luas.

 Berulang-ulang mereka memandangi lautan yang seolah tanpa tepi disisi selatannya dan sebuah perasaan putus asa memasuki laut mereka. Ombak besar menerpa pinggir lautan dan setiap gelombang lebih besar dari yang lainnya dan lebih dahsyat membuat mereka merasa ketakutan  dan lautan itu rasanya lebih sulit mereka seberangi daripada langit sekalipun.

20.  KEAGUNGAN HANUMAN

Hanuman mendengar kata-kata Jambavan lalu ia berdiri. Ada rasa bangga dalam pandangan matanya ketika mendengar dirinya sanggup membantu, lalu ia merubah memberbesar dirinya, ketika ia membesar wajahnya tanpak memperlihatakan wajah yag jinak. Seluruh pasukan melihat padanya telah menjadi sangat besar. Ia mengeleng-gelengka kepalanya seperti seekor singa dan dengan sebuah triakan yang dalam dan ia pun bersiap untuk menyebrangi lautan. Seluruh pasukan sangat ketakutan melihat perubahan membesar Hanuman yang berdiri di tepi lautan.  Pujianpun mulai diucapkan oleh Jambavan dan membuatnya sangat bahagia dan ia tetap membesar. Ia bersinar seperti api tanpa asap. Ia lalu member hormat kepada sesepuh di kelompoknya. Takjub oleh pertunjukan itu, para kera serentak meloncat-loncat seolah ia telah melihat sinta