TABANAN - Ribuan umat Hindu di Bali melakukan pembersihan diri atau yang lebih dikenal dengan Banyu Pinaruh usai menyambut perayaan Hari Saraswati yang bertepatan pada tanggal 2 Mei 2015.
Mereka melakukan Banyu Pinaruh sehari setelah merayakan hari raya turunnya ilmu pengetahuan. Dalam hal itu mereka mendatangi pesisir pantai. Tujuan ritual itu, tiada lain untuk melakukan upacara pengelukatan atau membersihkan diri, seperti dilakukan umat Hindu di Kabupaten Tabanan, Bali Minggu (3/5).
Pesisir Pantai Yeh Gangga, Kecamatan Tabanan dibanjiri Umat Hindu dengan mengguanakan pakaian sembayang. Selain warga, juga terlihat sekiranya 2.500-an siswa SMP, SMA, maupun masyarakat mengikuti upacara 'pengelukatan Baruna Astawa'.
Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya juga hadir dalam Upacara pembersihan diri secara niskala atau batin ini dipimpin lima orang sulinggih. Usai melakukan ritual dan persembahyangan bersama, Wakil Bupati Sanjaya mengatakan, upacara ini merupakan upaya untuk menyucikan pikiran dan hati umat.
Apresiasi yang sama juga disampaikan kepada para peserta yang sebagian besar siswa SMP atau SMA. Karena sejak pagi hari telah bersemangat mengikuti upacara ini. Kehadiran mereka, menurut Wakil Bupati Sanjaya, menjadi sebuah jawaban atas kekhawatiran para orang tua di tengah isu degradasi moral yang akan dialami generasi muda mendatang sebagai pengaruh negatif dari globalisasi.
“Ini sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran itu. Saya terharu dan berharap, kita para orang tua tetap memberikan arahan dan tuntunan kepada adik-adik atau anak-anak kita,” imbuhnya.
Memaknai ritual Sanjaya mengungkapkan, bahwa upacara tersebut merupakan kesempatan yang baik untuk membersihkan hati dan pikiran. Terlebih sehari sebelumnya merupakan Hari Suci Saraswati.
“Momen Hari Saraswati itu diikuti lagi dengan beberapa hari-hari suci lainnya. Seperti Banyu Pinaruh yang jatuh pada hari ini. Kesempatan ini juga langka karena bertepatan dengan hari purnama. Senin besok ada Soma Ribek, kesempatan bagi kita untuk mengisi diri dengan berbagai ilmu pengetahuan. Kemudian hari Pager Wesi pada Rabu 6 Mei, yang secara sederhana bermakna kesempatan untuk membentengi diri,” imbuhnya.
0 Komentar